kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kebijakan PSBB bikin penjualan ritel makin anjlok


Selasa, 16 Juni 2020 / 18:49 WIB
Kebijakan PSBB bikin penjualan ritel makin anjlok
ILUSTRASI. Warga berbelanja di gerai Transmart di Jakarta, Senin (13/01). Momentum perayaan Natal dan tahun baru tak mampu mengungkit pertumbuhan penjualan ritel. Penjualan eceran menjelang akhir 2019 malah terlihat lesu. Hasil Survei Penjualan Eceran yang dilakukan


Reporter: Bidara Pink | Editor: Adinda Ade Mustami

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Penjualan ritel terindikasi turun semakin dalam. Penyebabnya, penyebaran Covid-19 yang masif membuat kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mulai banyak diterapkan di sejumlah daerah. 

Berdasarkan hasil survei penjualan eceran yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI), Indeks Penjualan Riil (IPR) April 2020 tercatat 190,7. Indeks ini turun 16,9% year on year (yoy), lebih dalam dari penurunan pada bulan Maret 2020 yang sebesar 4,5% yoy. 

Baca Juga: Sri Mulyani: Ekonomi Indonesia kontraksi 3,1% di kuartal II-2020

Menurut BI, hal tersebut bersumber dari kontraksi penjualan pada seluruh kelompok komoditas yang dipantau. "Penurunan penjualan terdalam dialami oleh subkelompok sandang serta kelompok barang budaya dan rekreasi," kata BI dalam laporannya, Selasa (16/6).

Sub kelompok sandang tercatat turun sangat dalam mencapai 70,9% yoy. Sementara kelompok barang budaya dan rekreasi, turun 48,5% yoy. 

BI memperkirakan, penjualan eceran bakal turun semakin dalam pada bulan Mei 2020. IPR Mei diperkirakan  turun 22,9%.

Baca Juga: Sri Mulyani: Saya berdoa tidak terjadi second wave corona

"Masih diberlakukannya kebijakan PSBB di berbagai daerah yang berdampak pada menurunnya permintaan menjadi penyebab pertumbuhan penjualan eceran masih terus terkontraksi," tambah BI. 

Kinerja seluruh kelompok diperkirakan masih akan mengalami kontraksi pada bulan tersebut. Kontraksi terdalam masih terjadi pada sub kelompok komoditas sandang, sebesar 77,8% yoy.

Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan mengatakan, turunnya penjualan ritel di April dan Mei, disebabkan ditutupnya pusat perbelanjaan. Padahal, penjualan ritel pada bulan Mei harusnya meningkat sejalan dengan momentum ramadan.

"30%-40% dalam setahun, income peritel didapat dari omzet lebaran. Karena mall tidak boleh buka maka mereka kehilangan pendapatan yang besar. Ini dikawatirkan akan mempengaruhi kemampuan berusaha saat Covid-19 sudah selesai," kata Ridwan.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×