kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kebijakan moneter The Fed masih akan longgar, taper tantrum mungkin baru tahun depan


Minggu, 07 Februari 2021 / 19:41 WIB
Kebijakan moneter The Fed masih akan longgar, taper tantrum mungkin baru tahun depan
ILUSTRASI. Goldman Sachs Asset Management London menyebut, taper tantrum atau pengetatan kebijakan moneter tak akan terjadi di tahun ini.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Goldman Sachs Asset Management London menyebut, taper tantrum atau pembalikan kebijakan moneter tak akan terjadi di tahun ini. Kemungkinannya, baru akan terjadi di tahun 2022.

Direktur Eksekutif Goldman Sachs Asset Management London Prakriti Sofat melihat, saat ini arah kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed masih akan longgar, yaitu dengan suku bunga rendah untuk pemulihan ekonomi.

“Kebijakan The Fed tidak akan berubah di tahun ini. Jelas, The Fed baru akan mengubah kalau ada peningkatan inflasi ke 2%,” jelas Prakriti, beberapa waktu lalu.

Ia menyebutkan, saat ini AS sedang fokus dalam pemulihan ekonomi. Nah, baru setelah perekonomian AS pulih, setidaknya kembali ke level pra pandemi atau di level 2019 lalu, baru kemungkinan terjadi taper tantrum. “Dan kemungkinannya di semester kedua tahun 2022,” ujar Prakriti.

Baca Juga: Tarik investasi portofolio, ini tiga kuncinya versi Goldman Sach

Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri mengingatkan, Indonesia harus segera pulih dari pandemi Covid-19 lebih cepat ketimbang negara-negara maju untuk menghindari risiko pengetatan moneter.

Apalagi, saat ini AS, Jepang, dan Eropa sudah melakukan quantitative easing (QE) selama tiga tahun ke depan. Namun, AS harus kembali melakukan pengetatan balance sheet untuk menghindari market bubble.

“Kalau ini terjadi, Indonesia akan mengulangi apa yang terjadi di 2013. Taper tantrum, uang kembali lagi ke AS akibat normalisasi,” ujarnya.

Kalau taper tantrum terjadi, maka rupiah berpotensi mengalami gonjang-ganjing. Makanya, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) mau tidak mau juga harus melakukan pengetatan untuk menjaga stabiltas nilai tukar rupiah dan pasar keuangan.

Tapi di sisi lain, bila bank sentral dan pemerintah melakukan pengetatan, ada risiko pemulihan ekonomi yang terganggu. Untuk itu, Chatib menekankan pentingnya Indonesia harus segera pulih lebih cepat dibandingkan negara maju.

“Kalau kita berhasil menyelesaikan pandemi lebih awal, maka ada kemungkinan kita bisa keluar lebih cepat dibandingkan dengan negara-negara lain,” imbuh Chatib. 

Selanjutnya: Tahun lalu minus 2,07%, pemerintah masih yakin ekonomi tumbuh 5% tahun ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×