Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Posisi cadangan devisa turun tipis pada akhir Januari 2022. Bank Indonesia (BI) mencatat, cadangan devisa pada Januari 2022 sebesar US$ 141,3 miliar, turun dibandingkan Desember 2021 yang sebesar US$ 144,9 miliar.
Ekonom MNC Sekuritas Tirta Widi Gilang Citradi mengungkapkan, posisi cadangan devisa tersebut turun karena pengaruh dari kebutuhan pembayaran Utang Luar Negeri (ULN) pemerintah dan turunnya penempatan valas Bank Indonesia.
Ke depannya, Ia melihat kebutuhan valas domestik masih akan tercukupi. Sebab Giro Wajib Minimum (GWM) yang dinaikkan adalah rupiah. “Selain itu juga setidaknya untuk 1H kinerja ekspor kita masih bisa positif dengan adanya harga komoditas yang tetap tinggi. Kemudian juga ada penarikan ULN,” tutur Tirta kepada Kontan.co.id, Selasa (8/2).
Dia mencatat, dari sisi kebutuhan untuk intervensi rupiah, di tahun ini tidak akan banyak meskipun ada tapering off yang dimulai Maret nanti. Menurutnya rupiah sebulan terakhir masih terdepresiasi 0,68% terhadap dolar AS. Akan tetapi, masih di kisaran fundamentalnya sehingga akan minim kebutuhan untuk intervensi.
Baca Juga: Larangan Ekspor Batubara Berdampak pada Cadangan Devisa di Januari 2022
“Untuk inflow juga masuk di saham dan obligasi pemerintah. Pemicunya karena asing masih menilai pasar kita atraktif secara valuasi. Kita lihat valuasi saham AS sudah tergolong membentang karena tahun lalu cetak rekor terus, sedangkan IHSG tertinggi baru-baru ini,” jelas Tirta.
Catatan lain, Tirta juga melihat bahwa ke depan real yield (yield UST-inflasi) masih akan negatif. Namun, di Indonesia sendiri real yield masih positif dan tertinggi dibandingkan dengan negara lain. Karena dalam 10 tahun terakhir masih di kisaran 6,48%, dan inflasi di kisaran 2,18%.
“Secara valuasi sangat menarik sehingga mendorong inflow yang memperkuat kinerja rupiah. Memang tahun ini current account defisit (CAD) akan bengkak, tapi ramalan saya akan nada di minus 1,22% PDB, jauh lebih baik dibanding tapering 2013 ketika itu sampai -3% PDB,” tambahnya.
Baca Juga: Menakar Dampak Tappering Off Terhadap Posisi Cadangan Devisa
Di akhir 2022, Ia memperkirakan perkirakan inflasi akan ada di kisaran 3% atau tepatnya di 2,98%. Sehingga posisi tersebut masih dalam kondisi solid fundamental rupiah. Ia juga berharap posisi tersebut tidak akan sampai terdepresiasi tajam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News