kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Kasus pembakaran bendera, Fadli Zon: Bisa mengarah ke penistaan


Rabu, 24 Oktober 2018 / 18:24 WIB
Kasus pembakaran bendera, Fadli Zon: Bisa mengarah ke penistaan
ILUSTRASI. Fadli Zon


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kasus pembakaran bendera oleh oknum Banser dalam peringatan Hari Santri Nasional di Limbangan, Garut, Jawa Barat telah menimbulkan kegaduhan. Sejumlah tokoh pun angkat bicara atas peristiwa ini.

Wakil DPR Fadli Zon menuturkan peristiwa ini bisa mengarah pada dugaan penistaan agama. Pasalnya, bendera yang dibakar bertuliskan kalimat tauhid.

Secara pribadi ia menilai, bendera yang dibakar merupakan bendera tauhid bukan bendera HTI. "Tentu harus kita kecam pembakaran terhadap bendera yang berkalimat tauhid," tegasnya.

Fadli meminta agar kepolisian mengusut tuntas karena berpotensi menimbulkan konflik yang membahayakan dan memecah belah masyarakat.

Menurut dia, harus ada proses hukum terhadap itu untuk meredam. Kalau tidak, masyarakat bisa melakukan penghakiman sendiri.

Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, mengingatkan, peristiwa itu mencerminkan sikap beringas dan bukan rahmatan lil alamin.

"Ini kan tahun politik jangan mancing-mancing ya. Kadang-kadang sepele tapi nanti kalau sudah menyangkut agama kan bahaya. Maka itu perilaku-perilaku kita jangan mencerminkan beringas," di gedung DPR RI.

Respons berbeda, disampaikan Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Zainut Tauhid Saadi mengatakan, organisasi induk Banser telah memberikan penjelasan alasan pembakaran bendera yang bertuliskan kalimat tauhid oleh anggotanya.

Persoalan itu, ujarnya, semata untuk menghormati dan menjaga agar tidak terinjak-injak atau terbuang di tempat yang tidak semestinya.

"Hal tersebut disamakan dengan perlakuan kita ketika menemukan potongan sobekan mushaf Al Quran yang dianjurkan untuk dibakar, jika kita tidak dapat menjaga atau menyimpannya dengan baik," ujar dia ketika dihubungi.

Dia meminta, agar permasalah ini jangan dibesar-besarkan, karena ada pihak-pihak yang ingin mengadu domba dan memecah-belah bangsa Indonesia. Itu semua, kata dia, harus diwaspadai betul jangan sampai peristiwa di Garut ini menjadi momen untuk konsolidasi HTI. 

"Tidak perlu dibesar-besarkan dan dijadikan polemik karena hal tersebut dapat menimbulkan kesalahpahaman dan memicu gesekan," katanya.

Dia meminta semua pihak untuk berhati-hati dan tidak gegabah melakukan tindakan yang dapat memancing emosi umat Islam. Tindakan pembakaran bendera dan respon berlebihan, kata dia dapat menimbulkan ketersinggungan kelompok yang dapat memicu konflik internal umat beragama.

Pengamat politik Boni Hargens juga mewanti-wanti, ancaman nyata saat ini datang dari Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Jamaah Anshor Daulah (JAD).  Ia menilai, sel-sel kelompok radikal, tetap eksis dan mencari momentum tepat untuk kembali eksis ke permukaan.

Kata dia, HTI sudah dibubarkan sebagai organisasi, tetapi HTI sebagai kumpulan orang tidak bisa dibubarkan, artinya masih bisa menjadi gangguan sistem pemerintah untuk mereka bisa mewujudkan khilafah.

"Motifnya ini kan bukan hanya menggantikan pemerintah tetapi ingin menetapkan dasar-dasar syariah ke dalam sistem pemerintahan negara ini, ke dalam praktik politik.  Itu yang kami persoalkan, karena kami bicara masa depan, ketahanan ideologi kita," tegas Boni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×