Reporter: Venny Suryanto | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja industri pengolahan tengah lesu. Ini terlihat dari indeks manufaktur (PMI) Bank Indonesia terkini yang menunjukkan kinerja industri pengolahan diperkirakan menurun cukup tajam pada triwulan I-2020.
Penurunan tersebut terindikasi dari PMI-BI periode triwulan I-2020 yang berada pada fase kontraksi dengan indeks sebesar 45,64%, turun dari 51,50% pada triwulan IV-2019.
Pada triwulan II-2020, industri pengolahan diprakirakan masih mengalami kontraksi meskipun tidak sedalam triwulan sebelumnya, yang tercermin dari indeks PMI-BI sebesar 48,79%, meningkat dari 45,64% pada triwulan I-2020.
Baca Juga: Kuartal I 2020, industri manufaktur terdampak wabah corona
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini, indeks PMI sangat tergantung pada kondisi pasar.
“Pasar saat ini tidak akan bergerak naik kalau wabah belum terkendali. Masalahnya kita tidak tahu kapan wabah ini bisa terkendali di Indonesia dan di level global,” Kata Shinta kepada Kontan.co.id, Senin (13/4).
Apabila wabah bisa terkendali di akhir kuartal II-2020, menurut Shinta, indeks PMI kemungkinan akan membaik tetapi perbaikannya hanya sedikit atau tidak akan di atas level 50. Sebab secara logika ekonomi, jika kondisi penurunan kinerja ekonomi berlangsung lebih lama atau damage ekonomi lebih dalam dan sangat destruktif terhadap kegiatan usaha, pemulihan ekonomi juga akan lebih lama.
Apalagi ada wabah Covid-19, kenaikan PMI juga sangat tergantung pada pemulihan kepercayaan pasar pasca wabah. Sehingga hampir tidak mungkin PMI akan rebound dalam waktu singkat.
Ia memprediksikan kemungkinan besar indeks PMI baru akan rebound di 2021. “Tergantung seberapa cepat kita keluar dari wabah corona ini,” imbuhnya.
Baca Juga: Kinerja industri pengolahan diproyeksi meningkat di kuartal II
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News