Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Sudah dapat dipastikan tantangan ekonomi Indonesia tahun ini untuk tumbuh lebih tinggi sangat berat. Harga komoditas ekspor utama yang drop seiring dengan lemahnya harga minyak dunia adalah salah satu tantangan berat perekonomian.
Salah satu indikator ekonomi tahun ini yang sulit bergerak dapat dilihat dari hasil survei kegiatan dunia usaha pada triwulan I 2015. Saldo bersih tertimbang (SBT) triwulan I hanya tumbuh 4,83%, lebih rendah dari triwulan IV 2014 yang sebesar 11,03%.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Chris Kanter mengatakan trend dunia usaha pada triwulan I setiap tahunnya memang melambat. Baru pada triwulan IV aktivitas dunia bergerak maksimal ketika ada realisasi tutup tahun sehingga kegiatan usaha didorong maksimal. Pemerintah pun menghabiskan sisa anggarannya pada triwulan IV yang berpengaruh pada ekspansi dunia usaha.
Khusus tahun ini, menurut Chris, agak berbeda karena harga komoditi dunia yang turun. Komoditi ekspor utama Indonesia turun dan dari sisi impor adanya pelemahan rupiah menyebabkan impor merosot.
Sekadar informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Februari 2015 sebesar US$ 11,55 miliar, turun 16,24% dibanding Februari 2014 yang sebesar US$ 13,79 miliar. Bila dibanding Januari 2015, impor Februari pun turun hingga 8,42%.
Ekspornya sendiri tercatat US$ 12,29 miliar, turun 16,02% dibanding Februari 2014 yang sebesar US$ 14,63 miliar. Bila dibanding Januari 2015, ekspor Februari turun sebesar 7,99%.
Kondisi ekspor dan impor yang lesu ini yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini sulit untuk bergerak. "Dapat 4,9% pertumbuhan tahun ini sudah bagus," terang Chris ketika dihubungi KONTAN, Jumat (10/4).
Ketika menjelang Lebaran akan ada dorongan ekstra untuk kegiatan dunia usaha, namun tetap saja dari sisi indikator makro kegiatan dunia usaha dan ekonomi keseluruhan sulit untuk tumbuh tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News