Sumber: Kompas.com | Editor: Handoyo .
Menurut dia, indikasi ketika cakupan tes masih kurang atau masih banyaknya kasus positif di dalam masyarakat yang belum terdeteksi adalah dari positive rate-nya. "Secara nasional kan rerata masih di atas 11 persen, idealnya 5 persen ke bawah. Itu pun dengan syarat jumlah tes tetap tinggi, bukan diturunkan," tambahnya.
Adapun cakupan tes yang tinggi ini akan berfungsi untuk menjaga supaya layanan kesehatan tetap cukup atau tidak overload akibat banyak pasien memerlukan ICU atau ventilator. Dicky juga menyebut indikator tes lain, yaitu angka kematian. "Bila angka kematian masih ada, artinya kita relatif masih di belakang kecepatan penularan Covid-19," sambungnya.
Tanggung jawab bersama
Dicky juga mengingatkan bahwa kasus penularan virus corona tidak hanya terjadi di komunitas melalui transmisi lokal, tetapi juga kasus impor, baik dari luar negeri atau luar wilayah. "Artinya, program pengendalian yang dilakukan di dalam wilayah (tes, lacak kasus, isolasi, dan perubahan perilaku) tidak dapat dipisahkan dengan pengetatan di pintu masuk negara atau wilayah," jelasnya.
Baca Juga: Hipmi: Sektor agribisnis belum mendapat stimulus yang cepat dan tepat
"Selain itu, menjadi penting sekali untuk menanamkan pemahaman bahwa ini adalah tanggungjawab bersama. Setiap diri kita memiliki peran yang sangat penting untuk menghambat atau memperlambat penularan Covid-19," sambungnya.
Adapun langkah yang dapat dilakukan untuk menekan penyebaran Covid-19 adalah dengan mengubah perilaku. "Memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak (3M) ini sangat mendasar dan bermanfaat untuk turut melandaikan kurva," ujar Dicky.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "54.010 Kasus Positif, Bagaimana Prediksi Pandemi Corona di Indonesia?"
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News