Reporter: Dessy Rosalina | Editor: Dessy Rosalina
YOGYAKARTA. Sebagai Presiden Indonesia, Joko Widodo kerap bertemu dengan kepala negara, baik presiden, perdana menteri, maupun raja dari negara lain.
Presiden yang akrab disapa Jokowi itu pun selalu menceritakan kondisi geografis Indonesia kepada setiap kepala negara yang ditemuinya.
Jokowi menceritakan, hal yang paling berkesan ialah ketika ia bercerita mengenai kondisi geografis Indonesia kepada Presiden Afganistan Ashraf Ghani.
Ashraf pun langsung menyatakan kekagumannya lantaran dengan keragaman dan jumlah penduduknya yang mencapai 250 juta orang, Indonesia masih bersatu dalam satu bingkai, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Dia sempat mewanti-wanti kepada saya untuk hati-hati karena kondisi Indonesia yang (penduduknya) sangat besar, keadannya majemuk, banyak perbedaan agama, dan beragam suku," kata Jokowi.
Peringatan Ashraf untuk Jokowi itu bukan tanpa sebab. Berdasarkan cerita Ashraf, kata Jokowi, kondisi kekayaan alam di Afganistan hampir mirip dengan Indonesia, yaitu memiliki ladang gas dan minyak serta memiliki tambang emas terbesar.
Namun, kekayaan alam yang dimiliki Afganistan itu belum dikelola dengan baik lantaran adanya gesekan dan konflik antarsuku atau antarkelompok.
"Sampai sekarang ada 40 faksi/kelompok yang saling (perang) sehingga beliau membayangkan kalau negara kita yang ada 714 suku. Mereka hanya 1-2 suku, kita 714 suku," kata Jokowi.
Hal itulah, kata Jokowi, yang membuat setiap kepala negara menjadi penasaran tentang cara Indonesia mengelola keberagaman itu.
"Selalu saya sampaikan bahwa Indonesia ini terdiri dari 17.000 pulau, memiliki 714 suku yang berbeda dan beragam, memiliki 1.100 lebih bahasa lokal," kata Jokowi ketika menyampaikan pidato dalam Kongres Pancasila XI di halaman Gedung Balairung UGM, Kabupaten Sleman, Sabtu (22/7/2017).
Jokowi mengatakan, kepala negara yang mendengar ceritanya itu langsung bertanya balik kepadanya tentang seberapa jauh ia menghafal bahasa daerah untuk mempermudah komunikasi ketika mengunjungi suatu daerah.
Dengan mudahnya, Jokowi mengaku tidak mengerti semua bahasa daerah. "Saya jawab tidak mengerti. Terus ditanya pakai bahasa apa? Saya sampaikan pakai Bahasa Indonesia yang rakyat kita tahu dan bisa berbahasa Indonesia," ujar dia.
Ketika ditanya soal cara mengelola keberagaman, Jokowi pun langsung menyebutkan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi yang membuat bangsa Indonesia bersatu.
"Sekali lagi bahwa Pancasila bukan kebanggaan negara kita Indonesia saja, tetapi negara lain mulai melihat kita," kata Jokowi.
Ia pun berharap, bangsa Indonesia selalu hidup rukun dan bergotong royong untuk memajukan negeri bersama-sama. (Kompas.com)
Selain itu, ia ingin Indonesia yang menjadikan Pancasila sebagai dasar negara ini bisa jadi rujukan masyarakat internasional untuk membangun kehidupan yang damai, adil, dan makmur di tengah kemajuan dan kemajemukan dunia.
"Presiden Afganistan meminta kita mengirim ulama atau delegasi datang ke sana untuk memberitahukan kelompok ini mengenai Indonesia atau mengundang kelompok itu datang ke Indonesia untuk melihat bagaimana rukunnya kita bagaimana bersatunya kita," kata Jokowi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News