kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Jokowi: Alhamdulillah menutup tahun 2018 sebagai bangsa yang semakin berdaulat


Senin, 31 Desember 2018 / 10:56 WIB
Jokowi: Alhamdulillah menutup tahun 2018 sebagai bangsa yang semakin berdaulat
ILUSTRASI. PRESIDEN UMUMKAN PELUNASAN DIVESTASI PT FREEPORT


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa jam menjelang pergantian tahun, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan rasa syukur atas pencapaian kinerja pemerintahannya setahun ini. Terutama sektor tambang, minyak dan gas bumi.

Jokowi menegaskan pemerintah punya komitmen yang besar untuk mengupayakan kedaulatan negara atas sumber daya alam yang dimilikinya dengan penguasaan negara terhadap sumber daya alam minyak dan gas.

“Dan kini, Alhamdulillah, kita menutup tahun 2018 dan memasuki tahun yang baru, sebagai bangsa yang semakin berdaulat atas bumi dan kekayaan alamnya sendiri,” tulis Jokowi melalui akun instagramnya, Senin (31/12).

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Selama 50 tahun, daerah kaya minyak dan gas di Kalimantan yang dikenal dengan Blok Mahakam, dikuasai oleh kontraktor asing dari Prancis (Total E&P Indonesie) dan Jepang (Inpex Corporation). Sejak 1 Januari 2018, Blok Mahakam kembali dikelola sepenuhnya oleh Pertamina. Selama 50 tahun, Blok Rokan di Riau dikelola oleh perusahaan Amerika, Chevron, dan pada akhir masa kontraknya tahun 2021, blok ini sepenuhnya dikelola oleh Pertamina. Dan beberapa blok migas lain. Pemerintah melalui Kementerian ESDM telah menugaskan Pertamina untuk mengelola delapan blok migas yang habis masa kontraknya tahun ini. Delapan blok itu, selain Blok Mahakam dan Blok Rokan, Blok Tuban di Jawa Timur, Blok Ogan Komering di Sumatra Selatan, Blok South East Sumatera (SES) di lepas pantai Lampung dan Jakarta, Blok North Sumatera Offshore (NSO) di pesisir timur Sumatra, Blok East Kalimantan, Blok Attaka di Kalimantan Timur, Blok Tengah, dan Blok Sanga-Sanga. Yang sulit adalah mengambil alih tambang Freeport di Papua. Negosiasinya berlangsung 3,5 tahun, mereka menawar 30 persen, tapi saya menolak. Kita harus mendapatkan hak kepemilikan mayoritas 51 persen. Sudah 40 tahun Indonesia hanya menikmati bagi hasil pengolahan 9,3 persen dari tambang ini. Alhamdulillah, upaya panjang itu sudah membuahkan hasil. Kepemilikan saham kita di Freeport Indonesia kini menjadi 51 persen. Pemerintah punya komitmen yang besar untuk mengupayakan kedaulatan negara atas sumber daya alam yang dimilikinya dengan penguasaan negara terhadap sumber daya alam minyak dan gas. Dan kini, Alhamdulillah, kita menutup tahun 2018 dan memasuki tahun yang baru, sebagai bangsa yang semakin berdaulat atas bumi dan kekayaan alamnya sendiri.

Sebuah kiriman dibagikan oleh Joko Widodo (@jokowi) pada

Jokowi menyebut selama 50 tahun, daerah kaya minyak dan gas di Kalimantan yang dikenal dengan Blok Mahakam, dikuasai oleh kontraktor asing dari Prancis (Total E&P Indonesie) dan Jepang (Inpex Corporation). Sejak 1 Januari 2018, Blok Mahakam kembali dikelola sepenuhnya oleh Pertamina.

Selama 50 tahun, Blok Rokan di Riau dikelola oleh perusahaan Amerika, Chevron, dan pada akhir masa kontraknya tahun 2021, blok ini sepenuhnya dikelola oleh Pertamina. “Dan beberapa blok migas lain,” ujarnya.

Tak cukup itu, pemerintah melalui Kementerian ESDM telah menugaskan Pertamina untuk mengelola delapan blok migas yang habis masa kontraknya tahun ini.

Delapan blok itu, selain Blok Mahakam dan Blok Rokan, Blok Tuban di Jawa Timur, Blok Ogan Komering di Sumatra Selatan, Blok South East Sumatera (SES) di lepas pantai Lampung dan Jakarta, Blok North Sumatera Offshore (NSO) di pesisir timur Sumatra, Blok East Kalimantan, Blok Attaka di Kalimantan Timur, Blok Tengah, dan Blok Sanga-Sanga.

Paling anyar dan tersulit saat mengambil alih tambang Freeport di Papua. Harus melewati negosiasi panjang dan alot.

“Negosiasinya berlangsung 3,5 tahun, mereka menawar 30 %, tapi saya menolak. Kita harus mendapatkan hak kepemilikan mayoritas 51 %. Sudah 40 tahun Indonesia hanya menikmati bagi hasil pengolahan 9,3 % dari tambang ini,” jelasnya.

Sampai akhirnya, pada 27 Desember lalu secara sah Indonesia mengantongi 52% saham Freeport. “Alhamdulillah, upaya panjang itu sudah membuahkan hasil. Kepemilikan saham kita di Freeport Indonesia kini menjadi 51 %,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×