kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

JK: Pariwisata dibangun berdasarkan selera asing


Sabtu, 13 Juni 2015 / 14:12 WIB
JK: Pariwisata dibangun berdasarkan selera asing


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Wakil Presiden Jusuf Kallla menekankan perlunya memakai kacamata pihak asing dalam mengelola pariwisata di Indonesia. Pemerintah harus menyesuaikan diri dengan selera asing dalam membangun suatu tempat wisata agar bisa menarik wisatawan asing ke Indonesia.

"Banyak spot wisata ditemukan orang asing karena penilaian orang berbeda-beda. Bagi kita itu biasa, tetapi bagi orang asing luar biasa. Bagi yang di negaranya tidak punya karang laut, akan melihat Indonesia luar biasa, maka kita harus membawa selera orang, bukan selera kita," kata Kalla saat membuka Indonesia Attractiveness Award 2015 di Hotel Mulia Jakarta, Jumat (12/6) malam.

Indonesia Atractiveness Index merupakan survei yang diadakan Tempo Media Group bekerja sama dengan Frontier Consulting Group. Survei ini salah satunya mengukur level daya tarik suatu daerah.

Kalla mengatakan bahwa suatu daerah harus memiliki ketertarikan tersendiri agar bisa menjadi daerah maju. Ketertarikan tersebut bisa ditingkatkan dengan memajukan iklim usaha suatu daerah atau meningkatkan potensi wisata.

Ia menilai potensi wisata merupakan hal yang paling mudah dikembangkan suatu daerah. Pasalnya, potensi wisata mengandalkan kekayaan alam yang merupakan anugerah dari Tuhan sehingga tidak perlu lagi mengeluarkan modal untuk membangun kekayaan alam tersebut. Tinggal bagaimana menyediakan fasilitas, menjaga kebersihan, dan membangun hospotalitinya.

"Diperlukan juga inovasi, pengelolaan, juga promosi yang baik," sambung Kalla.

Ia juga menyinggung masalah kebersihan suatu daerah. Menurut Kalla, akan lebih efektif jika Pemerintah pusat setiap tahunnya mengumumkan daerah mana yang dianggap paling kotor, di samping memberikan penghargaan kepada daerah yang dianggap paling bersih. Dengan demikian, daerah terkotor tersebut bisa langsung memperbaiki diri.

"Ternyata yang paling efektif itu menilai yang paling kotor. Kalau yang paling bersih, biasa saja. Yang paling kotor biar tambah marah dan bekerja keras, kasih yang paling kotor juga supaya ada rasa malu," kata Kalla. (ICha Rastika)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×