kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   19.000   1,25%
  • USD/IDR 16.195   5,00   0,03%
  • IDX 7.164   1,22   0,02%
  • KOMPAS100 1.070   0,97   0,09%
  • LQ45 838   0,57   0,07%
  • ISSI 216   -0,45   -0,21%
  • IDX30 430   0,42   0,10%
  • IDXHIDIV20 516   -1,25   -0,24%
  • IDX80 122   0,37   0,31%
  • IDXV30 126   -0,52   -0,42%
  • IDXQ30 143   -0,58   -0,40%

JK ingatkan KPU soal e-voting


Kamis, 18 Desember 2014 / 09:46 WIB
JK ingatkan KPU soal e-voting
ILUSTRASI. Bursa Wall Street bullish setelah inflasi Amerika serikat (AS) menunjukan tanda-tanda pendinginan.


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai, pemilihan legislatif dan pemilihan presiden di Indonesia termasuk salah satu yang laing rumit di dunia. Faktornya, kata JK, salah satunya karena jumlah pemilih yang sangat banyak yaitu mencapai 185 juta serta prosesnya yang berlangsung secara manual.

Meski demikian, JK mengapresiasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang dianggapnya mampu menyelenggarakan pemilu dengan baik.

"Pemilu kali ini tidak ada gejolak yang besar, tidak ada korban jiwa karena konflik, kecuali karena kecelakaan," kata JK, dalam sambutannya pada Rapat Kordinasi Nasional (Rakornas) Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Eco Park, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara, Rabu (17/12).

JK mengingatkan, ke depannya, KPU harus bisa mengaplikasikan sistem pemilihan elektronik atau e-voting. Sistem ini dinilainya jauh lebih baik daripada sistem manual atau sistem coblos seperti yang diterapkan pada Pilpres dan Pileg 2014.

"Karena ilmu dan teknologi berkembang terus, pemilihan lewat elektronik jadi kajian, lebih cepat lebih baik," katanya.

Salah satu keunggulan pemilihan elektronik, menurut JK, bisa mengurangi potensi "kongkalikong" untuk mengubah hasil pemilihan karena hampir semua prosesnya dilakukan oleh komputer. JK mengakui, hal itu tidak mudah untuk dilakukan.

"Di Indonesia tidak mudah memberikan trust pada sesuatu yang tidak dipahaminya," ujar JK.

Selain itu, menurut JK, masyarakat Indonesia seringkali kembali ke masa lalu. Sistem coblos yang berlaku saat ini, kata dia, sistem yang dilakukan pada tahun 1940-an lalu. Saat ini, hanya tiga negara yang mengaplikasikan sistem tersebut, di antaranya adalah Indonesia, Myanmar dan sebuah negara di Afrika.

"Kenapa kembali lagi pakai paku. Padahal sembilan puluh tujuh persen orang Indonesia bisa baca tulis," katanya.

Jika tidak bisa baca tulis, lanjut JK, pemilih pasti bisa mengenali angka yang melekat pada kandidat yang dipilih. Atau sang pemilih bisa membawa kerabatnya ke bilik untuk mengenali pilihannya.

"Saya juga bawa cucu (ke bilik), tidak masalah, saya pilih diri saya sendiri," ujar JK.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×