kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.953.000   -3.000   -0,15%
  • USD/IDR 16.555   0,00   0,00%
  • IDX 6.893   -33,48   -0,48%
  • KOMPAS100 999   -5,65   -0,56%
  • LQ45 772   -4,72   -0,61%
  • ISSI 220   -0,88   -0,40%
  • IDX30 400   -2,66   -0,66%
  • IDXHIDIV20 470   -5,18   -1,09%
  • IDX80 113   -0,65   -0,58%
  • IDXV30 115   -0,42   -0,36%
  • IDXQ30 130   -1,14   -0,87%

Jepang di proyek KA Pantura? Jokowi hanya mention


Jumat, 03 Juni 2016 / 20:45 WIB
Jepang di proyek KA Pantura? Jokowi hanya mention


Reporter: Agus Triyono | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. Pelibatan Jepang dalam proyek revitalisasi jalur kereta Pantai Utara Jawa Jakarta-Surabaya masih belum final. Komunikasi yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Perdana Menteri Jepang Shinzu Abe beberapa waktu lalu soal rencana revitalisasi itu masih bersifat awal.

Studi tentang proyek revitalisasi sampai saat ini juga belum dilakukan. Begitu juga dengan skema pendanaan proyek dan besaran kebutuhan dana yang diperlukan untuk revitalisasi tersebut.

"Baru mention saja bahwa kita terus studi lebih lanjut tentang revitalisasi, kalau sudah selesai, nanti komunikasi lagi, baru sebatas itu," kata Kepala Bappenas, Sofyan Djalil, Jumat (3/6).

Jokowi saat bertemu dengan Perdana Menteri Jepang Shinzu Abe akhir Mei lalu menyatakan, telah membicarakan rencana pembangunan kereta cepat Jakarta-Surabaya. Sofyan mengatakan, pembangunan kereta cepat itu bukan pembangunan proyek baru.

Rencana proyek yang didiskusikan dengan Abe tersebut merupakan rencana revitalisasi jalur kereta api ganda utara. Pemerintah ingin waktu tempuh di jalur tersebut diperbaiki dengan menghilangkan perlintasan sebidang, meluruskan jalur berkelok sehingga kecepatan kereta api bisa ditambah.

Dengan upaya itu, pemerintah kata Sofyan berharap waktu tempuh Jakarta -Surabaya bisa dipercepat. Sofyan membantah, pemberitahuan rencana revitalisasi tersebut ke Jepang untuk mengobati kekecewaan Jepang yang gagal mendapatkan Proyek Kereta Cepat Bandung- Jakarta.

"Karena ini tidak harus dengan Jepang, tapi kami mencari pendanaan dan teknologi yang sudah familiar, karena kita tidak mau mendatangkan kereta baru," katanya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×