Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Japan Bank for International Cooperation (JBIC) mengaku telah siap menjadi pembeli surat utang Samurai Bond yang akan diterbitkan Pemerintah Indonesia pada tahun depan.
Kesiapan pembelian sebagian surat utang pemerintah berdenominasi yen di pasar Jepang tersebut disampaikan Chief Executive Officer (CEO) JBIC Tadashi Maeda Saat bertemu Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemkeu Suahasil Nazara, Kamis (20/10).
Maeda mengatakan, pihaknya telah mengubah strategi dalam mendukung Samurai Bond. Jika sebelumnya JBIC hanya bertindak sebagai penjamin, mulai mulai tahun lalu, JBIC juga mulai menjadi pembeli dari penerbitan surat utang yang diterbitkan Pemerintah Indonesia ini. Apalagi penerbitan Samurai Bond akan menjadi rutinitas tahunan pemerintah, sebagai bagian diversifikasi instrumen investasi.
Pada 2015, Pemerintah Indonesia menerbitkan Samurai Bond senilai ¥ 100 miliar. "Dari penerbitan sebesar ¥ 100 miliar itu, kami telah mengambil 30% diantaranya," kata Maeda.
Untuk penerbitan Samurai Bond tahun ini, Maeda belum bisa memastikan berapa besar yang akan diambil. Yang jelas, dia mengaku tetap berkomitmen mendukung Samurai Bond.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Suahasil Nazara mengatakan, sampai saat ini, pihaknya masih belum memastikan berapa kebutuhan pembiayaan dari Samurai Bond. Namun begitu, Pemerintah Indonesia tetap melirik market Jepang dalam penerbitan surat utang negara.
Untuk itu, pemerintah akan menjaga kepercayaan investor Jepang dengan menjaga keberadaan Samurai Bond. "Kalau kita sudah pernah masuk ke suatu pasar, harus konsisten," ujarnya.
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Loto Srinaita Ginting sebelumnya memastikan pada tahun depan pemerintah akan kembali menerbitkan empat jenis surat berharga negara (SBN) valas, yaitu Global Bond, Sukuk Global, Euro bond, dan Samurai Bond.
"Investor tampaknya senang kalau kami hadir reguler. Jadi tidak oportunistik, kalau butuh baru datang," katanya, Kamis (25/8).
Penerbitan SBN valas ini, lanjut Loto, juga menyesuaikan dengan kewajiban utang pemerintah. Dalam RAPBN 2017, pemerintah menargetkan penerbitan SBN neto sebesar Rp 404,31 triliun.
Sekadar gambaran, tahun ini, pemerintah menargetkan penerbitan SBN bruto Rp 611 triliun. Dari jumlah itu, porsi SBN valas 27%, dan sisanya dalam rupiah. Pemerintah telah menerbitkan Global Bond US$ 3,5 miliar Desember 2015 (pre-funding), Sukuk Global US$ 2,5 miliar (Maret 2016), Euro Bond dan Samurai Bond masing-masing € 3 miliar dan ¥ 100 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News