kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Jakarta perlu rekayasa tata ruang


Kamis, 23 Januari 2014 / 05:58 WIB
Jakarta perlu rekayasa tata ruang
ILUSTRASI. Cimol Kentang merupakan salah satu jenis camilan hasil modifikasi dari cimol asli dengan kentang yang ditumbuk (Youtube/Ade Koerniawan)


Sumber: TribunNews.com | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Peneliti senior Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof. Dr. Jan Sopaheluwakan mengatakan, salah satu penyebab utama bencana banjir di Jakarta adalah permasalahan tata ruang.

Dalam siaran persnya yang diterima Tribunnews.com, Jan mengatakan kondisi alam Jakarta sudah mengatur untuk memiliki dua area, yakni ruang hijau di selatan Jakarta sebagai daerah resapan air dan ruang biru di kawasan utara yang berfungsi sebagai tampungan genangan air.

Anggota Dewan Riset Daerah Provinsi DKI Jakarta ini mengungkapkan, saat ini kondisi alamiah itu sudah ditutupi bangunan. Bahkan sampai pinggir pantai pun sudah ditutupi bangunan. "Harus ada rekayasa ruang lagi yang mengatur sesuai kondisi alam yang menghendaki demikian,” terangnya.

Selain masalah tata ruang menurut Jan ada hal lain yang tidak disadari oleh penduduk Jakarta, yakni adanya penurunan tanah yang lambat karena kondisi geologis. “Selama ini penyedotan air tanah dianggap sebagai faktor utama penurunan tanah, namun ada penyebab lain yang tidak terlihat,” jelasnya.

Jan menyebut, daerah selatan seperti Cawang dan Ciputat tanahnya relatif naik, di kawasan tengah turun, dan di Ancol naik lagi. Penurunan ini membuat sungai-sungainya dangkal.  "Sehingga endapan kasar ada di tengah dan berpengaruh pada drainase kita yang kecil dan dipenuhi sampah,” katanya.

Hasil dari permasalahan-permasalahan itu telah membuat Jakarta dilanda banjir. Tahun ini banjir tersebut berawal pada 14 Januari lalu, dan hingga 21 Januari tercatat banjir  menggenangi 34 kecamatan, 100 kelurahan, 444 RW, dan 1.227 RT.

Jumlah korban jiwa mencapai 12 orang. Selain itu ada 62.819 jiwa lainnya terpaksa tinggal dalam pengungsian. Situasi ini terus berulang setiap tahunnya dan belum ada langkah perbaikan yang signifikan.

Peneliti Pusat Penelitian Limnologi LIPI Drs. Fakhrudin, M.Si mengatakan Jakarta perlu menerapkan konsep Zero Run-Off untuk pengendalian banjir.

Fakhrudin mengatakan konsep tersebut memungkinkan air di daerah terbangun seperti perumahan dan perkantoran bisa tertahan sebelum dilimpahkan ke selokan dan sungai, melalui sumur resapan dan penampungan air lewat kolam maupun danau buatan.

“Sesuai kondisi tanah Jakarta, di daerah selatan lebih cocok dengan skema penyerapan, sedangkan di utara dengan skema penampungan,” kata Fakhrudin. (Nurmulia Rekso Purnomo)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×