kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

IPW: Kinerja Polri masih jauh panggang dari api


Senin, 01 Juli 2013 / 13:04 WIB
IPW: Kinerja Polri masih jauh panggang dari api
ILUSTRASI. Mulai 25 Januari 2022, di Beberapa Wilayah Indonesia Matahari Terbenam Lebih Lambat


Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Hari ini 1 Juli 2013, Kepolisian Republik Indonesia (Polri) merayakan hari ulang tahun ke-67. Sayangnya, di hari ulang tahun tersebut, Indonesia Police Watch memberikan rapor merah kepada kepolisian Indonesia.

Ketua Presidium IPW, Neta Pane bilang, tekad Polri untuk melakukan reformasi perilaku dan memperbaiki pelayanan publik memang sudah mulai dilakukan.  "Sayangnya upaya ini baru mulai kelihatan di Mabes Polri saja," ujar Neta.

Menurut Neta, kenyataan di lapangan, asih jauh panggang dari api. Struktur Polri yang tersebar di Indonesia belum menunjukkan perubahan kinerja yang meyakinkan. Bahkan, kata Neta, kerap kali di berbagai daerah, Polri terlibat konflik dengan masyarakat setempat.

Menurut catatan IPW, tahun 2010 telah terjadi 10 kasus perusakan dan pembakaran terhadap kantor dan fasilitas kepolisian. Catatan ini naik menjadi 65 kasus di tahun 2011, dan menjadi 85 kasus di tahun 2012.

"Bahkan di tahun 2013 ini yang baru berlangsung 6 bulan, sudah terjadi 58 kasus, termasuk sebagian kantor polisi yang dibakar," terang Neta.

Tren kenaikan kasus perusakan dan pembakaran kantor atau fasilitas Polri itu dinilai sebagai penurunan kepercayaan publik terhadap polisi. Bahkan Neta menilai, citra polisi di mata masyarakat berada di titik nadir.

Kondisi itu menurutnya tak lepas dari perilaku sebagian anggota Polisi yang masih kerap bersikap arogan, kasar, dan cenderung bergaya hidup hedonis. Selain itu, buruknya kualitas polisi juga tak lepas dari menurunnya kualitas pendidikan kepolisian di era reformasi.

Neta menggambarkan, saat Orde Baru, setiap calon polisi harus menjalani pendidikan di Sekolah Polisi Negara (SPN) selama 11 bulan.  Berbeda dengan saat ini, polisi itu hanya mengenyam pendidikan selama 3 bulan. "Untuk 11 bulan saja tidak cukup untuk menghasilkan polisi yang bagus, apalagi sekarang ini hanya 3 bulan," tegas Neta.

Neta berharap, Kapolri Timur Pradopo disisa masa jabatannya segera meningkatkan mekanisme pengawasan internal di kepolisian. Selain itu, kualitas pendidikan di instansi kepolisian juga harus mendapat perbaikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×