Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Penerbitan global sukuk sebesar US$ 3 miliar tahun ini masih didominasi oleh investor asal negara-negara Islam (Timur Tengah dan Malaysia). Namun, porsi investor asal Malaysia dan Timur Tengah menurun. Sedangkan porsi investor asal Amerika Serikat (AS) justru meningkat.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemkeu), dari penerbitan tenor global sukuk bertenor lima tahun sebesar US$ 1 miliar, investor Timur Tengah dan Malaysia mendominasi dengan porsi 27%, tetapi turun dibanding tahun lalu sebesar 42%. Sementara porsi investor asal AS sebesar 21%, naik dibanding tahun lalu yang hanya 2%.
Sedangkan sisanya, dikuasai oleh investor asal Asia (selain Indonesia dan Malaysia) 28%, investor asal Eropa 14%, dan investor asal Indonesia 10%.
Dari penerbitan global sukuk bertenor 10 tahun sebesar US$ 2 miliar, investor Timur tengah dan Malaysia juga masih mendominasi dengan porsi 29%, naik sedikit dibandingkan tahun lalu yang sebesar 28%. Sementara porsi investor asal AS sebesar 29%, naik dibanding tahun lalu yang hanya 15%.
Sedangkan sisanya dikuasai oleh investor asal Asia (selain Indonesia dan Malaysia) 23%, investor asal Indonesia 10%, dan investor asal Eropa 9%.
Direktur Jenderal (Dirjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemkeu Robert Pakpahan mengatakan, dalam penerbitan global sukuk tersebut pemerintah konsisten melakukan roadshow ke beberapa kota pusat keuangan syariah di kawasan Asia, Eropa, dan Timur Tengah.
Namun menurutnya, penurunan porsi investor asal Timur Tengah tersebut dipengaruhi oleh turunnya harga minyak mentah dunia. "Sehingga ketersediaan dana untuk diinvestasikan tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya," kata Robert di Kantor Kemkeu, Kamis (30/3).
Sementara itu lanjut Robert, meningkatnya porsi investor asal AS lantaran investor asal negeri Paman Sam tersebut mulai percaya dengan global sukuk yang diterbitkan pemerintah. Ia menjelaskan, investor AS mulai percaya kualitas global sukuk dengan global bond konvensional.
Apalagi, saat ini global bond yang diterbitkan pemerintah Indonesia juga telah masuk ke dalam Emerging Market Index. "Sehingga investor secara global bisa lihat kira-kira rangkingnya," tambah Robert.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News