Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Permintaan terhadap obligasi pemerintah Indonesia masih cukup besar. Hal tersebut salah satunya tampak dari penerbitan sukuk global bulan ini yang dibanjiri permintaan dengan tingkat imbal hasil yang lebih rendah.
Direktur Strategis dan Portofolio Utang Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemkeu) mengatakan, permintaan yang masuk dari penerbitan surat utang tersebut mencapai US$ 11 miliar. Sementara sukuk global yang diterbitkan lebih dari US$ 2 miliar.
"Kemungkinan target (penerbitan global sukuk tahun ini) sama dengan tahun lalu US$ 2,5 miliar, mungkin lebih kali," kata Scenaider kepada KONTAN, Jumat (24/3).
Scenaider mengatakan, saat ini persepsi pelaku pasar mulai pesimistis terhadap Amerika Serikat (AS) lantaran rencana program pembangunan AS yang masih tersendat. Oleh karena itu, meski The Fed menaikkan suku bunganya pekan lalu, investor justru menjual saham dan membeli obligasi sehingga imbal hasil obligasi termasuk surat berharga negara (SBN) turun.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan, selain kelebihan permintaan, tingkat imbal hasil yang ditawarkan pemerintah juga lebih rendah dibanding bulan Desember lalu. Hal tersebut menunjukkan bahwa persepsi investor terhadap Indonesia semakin baik.
"Artinya pengelolaan makro ekonomi yang dilakukan pemerintah dan BI itu bisa diterima pasar dengan baik," kata Mirza.
Di sisi lain, tantangan dari eksternal juga belum mereda. Pelaku pasar lanjut dia, menganggap kondisi eksternal lebih berisiko karena adanya perubahan kepemimpinan di Amerika Serikat (AS).
Mirza juga berharap, meski masih ada kenaikan suku bunga The Fed dua kali lagi hingga akhir tahun, aliran modal asing yang masuk (capital inflow) masih tetap besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News