kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Inilah kekurangan vaksin Covid-19 Sinovac dari China versi peneliti Unpad


Jumat, 11 September 2020 / 13:30 WIB
Inilah kekurangan vaksin Covid-19 Sinovac dari China versi peneliti Unpad
ILUSTRASI. Vaksin Sinovac dari China. REUTERS/Tingshu Wang


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BANDUNG. Vaksin Covid-19 Sinovac dari China memiliki kekurangan. Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Tim Riset Uji Klinis Fase 3 Vaksin Covid-19 dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Prof Kusnandi Rusmil. 

“Kekurangan vaksin (asal China) tidak begitu imunogenik, sehingga harus disuntikkan lebih dari sekali,” ujar Kusnandi dalam Dies Natalis Universitas Padjadjaran (Unpad) yang digelar virtual, Jumat (11/9/2020). 

Namun, menurut Kusnadi, hal itu lebih aman ketimbang vaksin lain yang pernah diuji coba negara lain.

Kusnandi menjelaskan, ada beberapa jenis vaksin yang tengah dikembangkan dunia, baik itu menggunakan virus yang mati ataupun hidup. Untuk virus yang hidup, biasanya vaksin terdiri dari dua virus hidup, kemudian disuntikkan pada orang. Namun, ternyata ada yang tidak cocok, sehingga disetop. 

Baca Juga: AstraZeneca setop uji coba vaksin corona, WHO: Ini adalah wake-up call

Kemudian vaksin dari virus yang dimatikan dulu seperti yang sekarang diuji klinis di Indonesia. Namun, kekurangannya adalah vaksin tidak begitu imunogenik, sehingga harus disuntikkan lebih dari sekali. Itulah mengapa pada uji klinis vaksin tahap tiga, setiap relawan mendapat dua kali suntikan. 

Kusnandi mengungkapkan, hingga kini belum ada obat untuk virus corona. Negara-negara di dunia tengah berlomba membuat vaksin. Indonesia sendiri bekerja sama dengan China untuk pengembangan vaksin ini.

Baca Juga: Relawan vaksin China terpapar Covid-19, ini penjelasan tim uji klinis Sinovac

Adapun alasan mengapa yang dipilih China, karena penyakit ini bermula dari sana. Selain itu, vaksin ini sudah melalui tahap satu dan dua. Hasilnya cukup baik, sehingga dilanjutkan dengan uji klinis vaksin tahap ketiga. 

Penjajakan dengan penyedia vaksin

Sebelumnya, Menteri BUMN Erock Thohir mengatakan, Indonesia akan mendapat tambahan 20 juta dosis vaksin dari Sinovac akhir tahun ini. Kemudian, tahun depan ada tambahan 250 juta dosis. Sedangkan vaksin dari G42 UAE akan tiba di Indonesia pada Desember 2020, yakni sebanyak 10 juta dosis. Kemudian 50 juta dosis lagi pada kuartal I tahun 2021. 

Menurut Erick Thohir, jumlah vaksin itu belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Sebab, masing-masing individu membutuhkan dua kali suntikan. Itulah mengapa negara-negara seperti Inggris dan Jepang memesan 3-4 kali dari jumlah vaksin yang dibutuhkan. 

Untuk itu, selain berupaya mengembangkan vaksin merah putih, penjajakan dengan sejumlah penyedia vaksin terus dilakukan Indonesia. Misalnya dengan CEPI, astranezeca, cansimo, dan lainnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Peneliti Unpad Ungkap Kekurangan Vaksin Covid-19 Sinovac dari China"
Penulis : Kontributor Bandung, Reni Susanti
Editor : Abba Gabrillin

Selanjutnya: Riset global: RI alami penurunan kepercayaan publik terbesar atas vaksin di dunia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×