kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Ini Tantangan Indonesia Menuju Generasi Emas Tahun 2045


Kamis, 21 Juli 2022 / 23:13 WIB
Ini Tantangan Indonesia Menuju Generasi Emas Tahun 2045
ILUSTRASI. Founding Partner AC Venture Pandu Patria Sjahrir,


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia diperkirakan akan menghadapi tahun emas pada tahun 2045 karena akan mendapatkan bonus demografi sekalgus juga merayakan 100 tahun kemerdekaan bangsa pada tahun tersebut.

Oleh karena itu, bonus demografi ini harus dimaksimalkan untuk mendorong perekonomian nasional. Pada tahun 2045, 70% penduduk Indonesia ada di kelompok usia produktif (15-64 tahun) dan sisanya 30 persen merupakan penduduk yang tidak produktif (usia dibawah 14 tahun dan di atas 65 tahun).

"Bonus demografi ini harus kita maksimalkan karena akan mendorong perekonomian Indonesia lebih pesat dan mewujudkan impian kita menjadi negara maju. Karena bukan hanya Indonesia yang terus berbenah, namun juga negara lain," kata Founding Partner AC Venture Pandu Patria Sjahrir, Kamis (21/7).

Baca Juga: Hadapi Bonus Demografi, Anak Muda Harus Dipersipkan Jadi Tenaga Terampil

Untuk itu, lanjutnya, semua pihak, pemerintah, swasta dan masyarakat harus menyiapkan  generasi muda yang berpendidikan dan berketerampilan tinggi serta inovatif dengan adopsi teknologi di masyarakat yang semakin baik dan visi ekonomi yang berorientasi industri hilir.

Walaupun Indonesia memiliki keuntungan bonus demografi,  namun Pandu melihat ada tantangan juga yang dihadapi  untuk mencapai generasi emas pada tahun 2045. Pertama, tenaga kerja Indonesia saat ini terdiri dari 78 juta pekerja informal. 

Hanya 10% dari tenaga kerja yang merupakan lulusan universitas.  Sehingga Indonesia membutuhkan lebih banyak tenaga kerja berpendidikan dan berketerampilan tinggi.

Kedua, Indonesia perlu memiliki free movement tenaga kerja terampil sekaligus meningkatkan kualitas tenaga kerja nasional melalui akses pendidikan global. Harapannya, dalam 20-30 tahun mendatang, Indonesia akan punya talenta yang lebih berkembang.

Ketiga, Indonesia dihadapkan oleh masalah perubahan iklim yang mengancam kualitas hidup talenta mudanya.  "Hal ini diperparah oleh kurangnya talenta muda berbakat yang berpengalaman dan berpengetahuan untuk mengatasi masalah ini." kata  Pandu.

Baca Juga: Erick Tohir sebut penguatan nilai AKHLAK sambut generasi emas Indonesia 2045

Negara-negara Eropa seperti Prancis memiliki tiga fokus untuk meningkatkan level persaingan mereka pada 2030 yakni kesehatan dan penelitian, sektor akademis melalui penambahan talenta digital di deep tech dan di AI, dan transisi energi untuk dekarbonisasi di dunia.

Menurut Pandu, Indonesia tidak boleh kalah dari negara tersebut karena populasi penduduk kita terbesar di Asia Tenggara dan terbesar ke-4 di dunia dengan usia rata-rata 26 tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×