Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peneliti Ekonomi Senior Chatib Basri mengingatkan, ada sejumlah tantangan yang membayangi prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia, baik jangka pendek, menengah, maupun panjang.
Chatib pun memerinci, risiko dan tantangan yang dihadapi Indonesia setidaknya dalam jangka pendek atau dalam dua tahun ke depan datang dari dalam maupun luar negeri.
Dari dalam negeri, transisi politik menjadi salah satu soal. Karena pada tahun 2024 akan ada pemilihan umum (Pemilu) dan tahun bergantinya kepemimpinan kepala negara.
“Karena hasil Pemilu keluar, akan ada pemerintahan baru. Ini berisiko, tetapi risikonya akan rendah,” terang Chatib dalam acara BTPN Economic Outlook 2024 di Jakarta, Rabu (22/11).
Selain itu, perlambatan ekonomi China juga akan memengaruhi prospek perekonomian Indonesia, mengingat China merupakan mitra dagang terbesar.
Ia bilang, tiap 1% pelemahan ekonomi China akan berpotensi mengurangi ekonomi Indonesia sekitar 0,3%.
Baca Juga: Chatib Basri: 1% Perlambatan Ekonomi China, Gerus 0,3% Pertumbuhan Ekonomi RI
Namun, Chatib melihat risiko tersebut akan rendah. Karena bila melihat situasi terkini, perlambatan ekonomi China tidak akan sampai 1%. Sehingga, dampaknya ke Indonesia juga akan lebih rendah dari 0,3%.
Risiko dalam jangka pendek lain datang dari potensi resesi Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa akibat kenaikan suku bunga acuan.
Hanya, ia melihat risiko tersebut cenderung mengecil, mengingat negara-negara adidaya tersebut telah melempar sinyal bahwa kenaikan suku bunga acuan mereka sudah cukup.
Akan tetapi, tetap ada risiko jangka pendek yang agak berisiko. Ini datang dari dampak rambatan pasar keuangan dari AS.
Lalu juga ada kenaikan harga komoditas dan harga minyak, dampak dari perang Ukraina dan serangan yang terjadi di Hamas.
Sedangkan untuk jangka menengah, atau dalam kurun waktu 2 tahun hingga 5 tahun ke depan, Chatib bilang Indonesia akan menghadapi risiko yang datang dari berlanjutnya konflik AS dan China.
Kemudian untuk jangka panjang, risiko bisa datang dari perubahan iklim, bencana alam, kemungkinan pandemi, juga serangan siber.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News