kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,87   5,12   0.57%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini saran ekonom untuk dongkrak keyakinan konsumen kelas menengah - atas


Rabu, 26 Agustus 2020 / 20:56 WIB
Ini saran ekonom untuk dongkrak keyakinan konsumen kelas menengah - atas
ILUSTRASI. Indeks Keyakinan Konsumen ??Konsumen bertransaksi di sebuah pusat belanja di Jakarta, Selasa (8/1). Survei Konsumen Bank Indonesia bulan Desember 2018 mengindikasikan optimisme konsumen terus menguat. Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)


Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengisyaratkan kalau Indonesia bisa masuk ke jurang resesi pada kuartal III-2020. Menurut prediksinya, perekonomian di kuartal III-2020 akan berada di kisaran 0% hingga minus 2%.

Untuk itu, agar Indonesia tidak kontraksi, maka pemerintah berupaya menggenjot konsumsi sebagai motor penggerak terbesar pertumbuhan ekonomi dan investasi agar bisa berada di zona netral alias 0%.

Dari sisi konsumsi, Sri Mulyani akan mengoptimalkan bantuan sosial (bansos) untuk merangsang ekonomi masyarakat miskin. Akan tetapi, ia juga menilai kalau itu pun tak akan cukup karena diperlukan juga konsumsi yang lebih aktif dari masyarakat kelas menengah atas.

Baca Juga: Pemerintah terus berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi agar tidak masuk zona resesi

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual pun mengatakan masyarakat memang perlu untuk menstimulus konsumsi rumah tangga masyarakat kelas menengah atas.

"Karena masyarakat kelas ini relatif lebih mendorong untuk pembelian barang tahan lama (durable goods). Namun, sejauh ini pemerintah sudah mulai masuk untuk menstimulus masyarakat kelas ini," kata David kepada Kontan.co.id, Rabu (26/8).

Kata David, pertama, pemerintah bisa memberikan rangsangan konsumsi dari sisi perpajakan. Saah satunya, adalah dengan menaikkan penghasilan tidak kena pajak (PTKP). Jadi, masyarakat bisa mengalokasikannya untuk belanja.

Akan tetapi, David juga mengingatkan kalau memang mau mendorong permintaan masyarakat kelas ini, pemerintah juga tetap harus mendorong dari sisi persediaan, seperti dengan cara memperhatikan kualitas produksi.

"Karena jangan sampai kalau misalnya permintaan sudah meningkat, terus malah ada efek samping peningkatan impor karena dalam negeri tidak bisa memproduksi," jelas David.

Kedua, hal yang harus dilakukan pemerintah adalah dengan meyakinkan masyarakat kelas menengah atas soal kesehatan. Kelompok ini harus diyakinkan kalau pemerintah serius untuk menangani masalah Covid-19 ini dan mampu untuk mengatasinya.

Hal ini bisa dengan cara meningkatkan fasilitas higienitas di tiap-tiap daerah, percepatan adannya vaksin, dan lain-lain.

"Karena kalau masyarakat kelas atas sudah punya uang. Mereka butuh diyakinkan untuk konsumsi, dan bahkan juga untuk investasi dan bisa lewat penanganan kesehatan tersebut," katanya.

Baca Juga: Hingga Agustus 2020, Kemendag baru realisasikan anggaran 53,61%

Lebih lanjut, David senada dengan Sri Mulyani. Ia menyebut kalau kondisi perekonomian kuartal III-2020 ini masih akan berat. Indonesia bahkan dibilang masih akan struggling (berusaha keras) untuk mempertahankan kinerja perekonomian.

Kinerja pertumbuhan ekonomi apakah di zona negatif atau zona netral, atau bahkan bisa di zona positif pada kuartal III-2020 akan sangat tergantung dengan percepatan belanja dan penanganan Covid-19 yang lebih efektif.

Namun, David yakin kalau perekonomian di kuartal III-2020 masih akan lebih baik daripada perekonomian di kuartal II-2020. Secara keseluruhan, David memperkirakan ekonomi Indonesia di sepanjang tahun ini akan tumbuh di kisaran 2% sampai minus 3%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×