Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah mengalokasikan anggaran untuk penanganan virus Corona (Covid-19) sebesar Rp 677,2 triliun. Adapun berdasarkan realisasi pertanggal 10 Juni 2020, Pemerintah telah mencairkan dana untuk penanganan Covid-19 sebesar Rp 62,44 triliun.
Realisasi tersebut terbagi atas tiga sektor, yaitu belanja untuk jaring pengaman sosial sebesar Rp 58,34 triliun, belanja kesehatan sebesar Rp 247,14 miliar, dan belanja untuk program padat karya tunai di empat Kementerian/Lembaga (K/L) sebesar Rp 3,86 triliun.
Baca Juga: Segera beroperasi, sejumlah saham pengelola mal kompak menguat
Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Riza Annisa Pujarama menilai, realisasi penyaluran belanja kesehatan masih terlalu lambat dan jauh dari alokasi dana pemerintah senilai Rp 87,55 triliun.
"Realisasi belanja kesehatan masih cukup lambat angkanya masih rendah dari alokasi awal. Masalah klasiknya ada pada data, selain itu juga bisa jadi secara klaimnya butuh waktu," ujar Riza kepada Kontan.co.id, Minggu (14/6).
Mengenai efektivitasnya, menurut Riza penggunaan dana ini bisa efektif jika implementasinya sesuai dengan perencanaan. Untuk itu, pada pelaksanaannya perlu pengawasan dan target pencapaian dari penyaluran dana.
Baca Juga: Produksi China diprediksi turun, simak rekomendasi analis untuk saham batubara
Riza menekankan agar pengalokasian dana ini bisa lebih diarahkan untuk penanganan wabah Covid-19 agar kurvanya bisa menurun. Apabila tidak diarahkan ke sana, maka wabah ini akan berlangsung semakin lama.
Artinya, pemerintah perlu menggelontorkan dana lagi sehingga biaya penanganan Covid-19 akan terus meningkat. Bukan hanya dari biaya keperluan medis, tetapi juga biaya bantuan sosial (bansos), dan biaya pemulihan ekonomi.
Baca Juga: Terdampak pandemi Covid-19, AASI himbau perusahaan asuransi untuk lebih berhati-hati
Ia juga mengimbau agar pemerintah dapat memperhatikan pelaksanaan kebijakan new normal yang saat ini tengah diterapkan. Apabila nantinya gelombang kedua pandemi (second wave) melanda, maka dikhawatirkan biaya yang dibutuhkan akan lebih besar lagi ke depannya.
"Hal ini (gelombang kedua) juga perlu menjadi pertimbangan. Jika ini terjadi, maka biaya yang dibutuhkan akan meningkat," kata Riza.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News