kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Ini penjelasan mengapa masyarakat susah untuk tetap di rumah saat wabah corona


Kamis, 16 April 2020 / 00:40 WIB
Ini penjelasan mengapa masyarakat susah untuk tetap di rumah saat wabah corona


Reporter: kompas.com | Editor: S.S. Kurniawan

Dengan tidak bisa keluar rumah, mereka pun tidak bisa mendapatkan penghasilan. Bila tidak ditopang kehidupannya, maka mereka akan sulit bertahan hidup.

Selain itu, penyebab orang-orang menjadi tidak patuh karena mereka melihat di jalanan masih banyak motor dan mobil yang beroperasi, serta mereka aman-aman saja saat pulang. "Ketidakpatuhan ini juga didukung jika mereka tidak mendapatkan dukungan ekonomi," sebut Drajat.

Kemudian, penyebab lain dari perilaku masyarakat yang tidak patuh: mereka jenuh dengan pola yang sama dan merasa sudah mengerti. Drajat menjelaskan, ketika hal itu terjadi, alternatifnya menggunakan jarak makna.

Jarak makna adalah simbol yang ketika diulang-ulang terus maka membuat orang menjadi jenuh dan orang akan menganggap hal itu tidak becus. Informasi mengenai virus corona saat ini dinilai menggunakan pola yang sama dan diulang-ulang.

Baca Juga: KSPI minta Gubernur DKI tindak tegas perusahaan yang tetap beroperasi saat PSBB

"Kegentingan semakin berkurang, itu mereka sudah mengerti kalau tidak boleh berkumpul, itu juga orang-orang pengetahuannya sudah cukup, jadi mereka berani keluar," ujar Drajat.

"Yang terpenting, jarak makna ini terus diolah secara bervariasi dan dengan melibatkan masyarakat, pelibatan inisiatif untuk ikut serta dalam upaya-upaya pengendalian ini," imbuh dia.

Di sisi lain, dalam mengatasi jarak makna yang semakin pendek ini, Drajat mengungkapkan, harus dilakukan masyarakat dengan cara berkolaborasi secara online yang terus menginfokan secara online.

Menurutnya, aktivitas sosial sebaiknya jangan dihentikan, namun pengadaannya diubah menjadi virtual. "Nah, kalau sudah ada seperti ini, maka dapat juga dibuat mudik virtual, tapi infrastrukturnya juga harus disediakan oleh negara, yakni berupa internet supaya dipermudah," ucap Drajat.

Baca Juga: Begini aturan berkendara selama penerapan PSBB di Jawa Barat

Harapannya, pemerintah mau membuat tarif internet lebih murah dan bisa merambah ke wilayah pelosok agar dapat mengakses internet. "Ini dapat difasilitasi atau menjadi salah satu alternatif agar organisasi tetap hidup dan jalan, dan gerakan produktivitas," kata dia.

Penulis: Retia Kartika Dewi

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengapa Masyarakat Indonesia Susah untuk Diminta Tetap di Rumah Saat Pandemi Corona?"

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×