kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.405.000   -9.000   -0,64%
  • USD/IDR 15.370
  • IDX 7.722   40,80   0,53%
  • KOMPAS100 1.176   5,28   0,45%
  • LQ45 950   6,41   0,68%
  • ISSI 225   0,01   0,00%
  • IDX30 481   2,75   0,57%
  • IDXHIDIV20 584   2,72   0,47%
  • IDX80 133   0,62   0,47%
  • IDXV30 138   -1,18   -0,84%
  • IDXQ30 161   0,48   0,30%

Ini Pekerjaan Rumah Indonesia Jika Masuk OECD


Selasa, 15 Agustus 2023 / 16:39 WIB
Ini Pekerjaan Rumah Indonesia Jika Masuk OECD
ILUSTRASI. Logo OECD. Indonesia tengah mempersiapkan diri untuk bergabung dalam Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).


Reporter: Nindita Nisditia | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia tengah mempersiapkan diri untuk bergabung dalam Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyebut, Indonesia perlu kerja keras untuk siap menjadi anggota OECD.

OECD hingga kini terdiri dari 38 negara, mulai dari Amerika Utara dan Selatan hingga Eropa dan Asia-Pasifik. Setelah Korea Selatan dan Jepang, Indonesia akan menjadi negara ketiga di Asia dalam keanggotaan OECD.

Kepala Pusat Ekonomi Makro dan Keuangan Indef M Rizal Taufikurahman menilai, negara-negara yang tergabung dalam keanggotaan OECD merupakan negara kuat dan maju, memiliki pertumbuhan ekonomi yang sustain, produktivitas baik, serta pendapatan perkapita yang tinggi.

"Indonesia punya effort yang jauh lebih keras lagi dibanding negara-negara Asia lain, misalnya Israel, kemudian Jepang, Korea Selatan, mereka sudah menjadi negara maju, masuk OECD, dan sustain dari sisi ekonomi," ujar Rizal dalam Diskusi Publik Indef bertajuk "Untung Rugi Indonesia Masuk OECD", Selasa (15/8).

Baca Juga: Jokowi: Hilirisasi Industri Menjadi Langkah Penting Menuju Indonesia Maju 2045

Karenanya, Rizal berpendapat, Indonesia perlu menerapkan transparansi dan menyamakan kebijakan dengan standar internasional, menjaga stabilitas dari pertumbuhan ekonomi dengan mengendalikan tingkat inflasi, menjaga anggaran agar tidak defisit, serta stabilitas keuangan dan mata uang yang bisa prudent.

Selain itu, Rizal menyebut, reformasi struktural turut menjadi catatan penting untuk Indonesia, guna meningkatkan efisiensi dan produktivitas ekonomi dalam negeri, diikuti dengan komitmen pada sektor keuangan, pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.

Adapun perlindungan hak asasi manusia (HAM), lingkungan hidup, dan sustainability menurutnya juga menjadi isu tambahan yang perlu diperhatikan, karena erat kaitannya dengan good governance yang baik dan menjadi klausul penting.

"Bisa bandingkan bagaimana Jepang, Korea Selatan, yang memang kalau negara OECD itu betul-betul saling menguatkan, kemudian juga kerjasama dalam bidang yang spesifik, misalnya, dan sangat tergantung juga dengan isu dan masalah setiap negara, maka Indonesia betul-betul harus menyiapkan itu," imbuh Rizal.

Baca Juga: Penerapan Pajak Digital Global Mundur ke 2025, Ini Konsekuensinya bagi Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×