kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Ini kata ekonom Bank Permata soal inflasi oktober 2019


Jumat, 01 November 2019 / 18:28 WIB
Ini kata ekonom Bank Permata soal inflasi oktober 2019
ILUSTRASI. JAKARTA,22/07-RONTOKNYA BISNIS RITEL. Pengunjung bberbelanja kebutuhan pangan di sebuah pusat belanja di Jakarta, Senin (22/07). Pergeseran gaya berbelanja masyarakat ke platform dagang elektronik disinyalir turut memengaruhi penjualan fast moving consume


Reporter: Bidara Pink | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi inflasi pada indeks harga konsumen (IHK) di Oktober 2019 sebesar 0,02% (mom), meski pada bulan sebelumnya sempat terjadi deflasi sebesar 0,27% (mom).

Menurut Ekonom Bank Permata Josua Pardede, inflasi yang terjadi pada Oktober 2019 didorong oleh inflasi inti yang tercatat sebesar 0,17% (mom) atau bila secara year on year sebesar 3,20%.

Meski begitu, inflasi inti pada Oktober ini tercatat menurun dari bulan September 2019 yang ada di level 0,29% (mom) atau 3,32% (yoy). Walau turun, tetap saja ini dinilai bahwa masyarakat masih belum kehilangan daya belinya.

Baca Juga: Meski inflasi rendah di Oktober, kenaikan harga beras di daerah perlu diwaspadai

Selain itu, bila melihat dari komponen, Josua memandang inflasi pada bulan tersebut disebabkan oleh komponen makanan yang mengalami inflasi sebesar 0,45% (mom) atau 3,85%. Sementara kelompok bahan makanan menjadi penghambat inflasi, dengan mencatat deflasi sebesar 0,41% (mom) atau bila secara year on year inflasi sebesar 4,84%.

Deflasi pada bahan pangan tersebut dilihat Josua karena ada penurunan harga pada bumbu makanan. Penurunan yang cukup signifikan terjadi pada bahan pangan cabai merah dan cabai rawit. Selain itu ada juga dari telur ayam ras.

"Penyebab deflasi ini mungkin terjadi akibat efek musim panen yang terjadi pada bulan September 2019 lalu," kata Josua kepada Kontan.co.id, Jumat (1/11).

Baca Juga: Berharap UMP disepakati, Menaker janjikan ada insentif untuk pelaku usaha

Secara akumulatif, inflasi dari bulan Januari 2019 - Oktober 2019 baru mencapai 2,20%. Hal ini membuat Josua melihat bahwa peluang tingkat inflasi pada akhir tahun 2019 ada di kisaran 3,0% - 3,3% atau di bawah titik tengah target Bank Indonesia (BI) yang sebesar 3,5% ± 1%.

Meski begitu, pada awal tahun 2020, inflasi diperkirakan akan meningkat akibat turunnya produksi bahan pangan menjelang musim panen. Selain itu, ada juga efek yang ditimbulkan dari kenaikan cukai rokok dan premi BPJS Kesehatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×