kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Ini dia hambatan yang menghadang ekonomi Indonesia


Kamis, 16 Agustus 2012 / 13:05 WIB
Ini dia hambatan yang menghadang ekonomi Indonesia
ILUSTRASI. Seorang teknisi melakukan perawatan rutin menara telekomunikasi PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) di kampus Universitas Darma Persada, Jakarta, Rabu (2/11). KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Dalam pidato kenegaraan dalam rangka HUT RI ke 67, Kamis (16/8), SBY menjelaskan, situasi perekonomian global masih diwarnai ketidakpastian seiring semakin meningkatnya krisis utang di Eropa yang masih belum menunjukkan titik terang.

Menurut SBY, hal tersebut berdampak pada pertumbuhan negara-negara maju yang stagnan, bahkan resesi. Demikian pula halnya dengan perekonomian negara-negara berkembang, yang juga melambat. Alhasil, "Perekonomian global tahun ini diperkirakan mengalami penurunan dari 4% menjadi 3,5%," katanya.

Situasi ekonomi global juga ditandai oleh kekacauan proses transformasi politik di kawasan Afrika Utara dan Timur Tengah. Ketegangan baru yang terjadi di kawasan itu juga berpotensi mendongkrak minyak dunia.

Sementara itu, di berbagai belahan dunia, banyak negara mengalami dampak negatif perubahan iklim. Kekeringan dan banjir sering menjadi ancaman terburuk yang mengakibatkan krisis pangan dan meningkatnya harga pangan dunia.

"Kenaikan harga kedelai di pasar internasioanl misalnya, disebabkan oleh penurunan produksi yang drastis pada beberapa negara produsen utama kedelai. Jika tidak dikelola dengan baik, kondisi ini dapat semaki memperkeruh situasi politik dan ekonomi gobal," katanya.

Banyaknya hambatan dari perekonomian global, lanjut Presiden, berpotensi menghambat perekonomian dalam negeri. Menurutnya, pelajaran berharga yang dapat dipetik dari krisis di kawasan Eropa adalah perlu dilakukannya pengelolaan fiskal yang mengedepankan prinsip kehati-hatian.

"Pemerintah telah dan akan mengambil langkah yang tepat dan terukur. Kita punya pengalaman yang berharga ketika kita dapat melalui krisis tahun 2008 dengan selamat," katanya.

Keberhasilan selamat dari krisis kala itu ditentukan oleh adanya kolabirasi serta sinergi di antara jajaran pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha, lembaga-lembaga perbankan, serta lembaga-lembaga lainnya, agar sektor riil tetap berjalan normal. "Kita berikan stimulus fiskal secara hati-hati. Kita kendalikan situasi agar tidak terjadi gelombang pengangguran baru," katanya.

Tidak hanya itu, pemerintah juga memberikan proteksi untuk melindungi, membantu, dan meringankan beban golongan menengah ke bawah yang mengalami kesulitan ekonomi. "Dengan panduan itulah, ekonomi kita tidak goyah, tidak terjadi ledakan pengangguran, inflasi tetap terjaga, dan indikator ekonomi lainnya juga terkendali," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×