kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.415.000   2.000   0,08%
  • USD/IDR 16.683   -19,00   -0,11%
  • IDX 8.517   8,70   0,10%
  • KOMPAS100 1.176   3,06   0,26%
  • LQ45 847   1,35   0,16%
  • ISSI 302   0,38   0,13%
  • IDX30 438   1,80   0,41%
  • IDXHIDIV20 505   1,32   0,26%
  • IDX80 132   0,21   0,16%
  • IDXV30 138   0,52   0,38%
  • IDXQ30 139   0,42   0,30%

Ini 3 alasan BI rate belum bisa turun versi ekonom


Senin, 12 Mei 2014 / 17:31 WIB
Ini 3 alasan BI rate belum bisa turun versi ekonom
ILUSTRASI. Kartu ucapan dan twibbon Hari Ibu 2022. 


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Era kebijakan moneter ketat menjadi gambaran perekonomian tahun ini. Suku bunga disinyalir masih akan tetap pada level 7,5% hingga akhir tahun.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai tepat kebijakan Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga tetap pada level 7,5%.

Ada tiga alasan yang mendasari hal tersebut. Pertama, defisit transaksi berjalan masih lebar.

Kedua, kemungkinan Bank Sentral Amerika The Fed yang akan mulai menaikkan suku bunga acuannya setelah tapering berakhir pada Oktober.

Ketiga, potensi kebijakan subsidi BBM yang berimbas pada inflasi. Menurut dirinya, kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga ataupun menetapkan subsidi tetap menjadi bom waktu yang sewaktu-waktu bisa terjadi. BI dalam hal ini harus mengantisipasi ke depan.

Kalau ternyata pemerintah tidak jadi menaikkan harga BBM ataupun kebijakan subsidi tetap serta The Fed yang tidak jadi menaikkan suku bunganya baru BI bisa menurunkan suku bunganya. "Kalau tidak ada kebijakan harga inflasi bisa sesuai target BI 4,5% plus minus satu," tukasnya.

Di sisi lain, Ekonom Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Doddy Ariefianto berpendapat, kestabilan defisit transaksi berjalan menuju ke level yang lebih sehat menjadi prioritas BI. Satu-satunya jalan yang bisa dilakukan untuk mencapai hal tersebut adalah mengerem impor.

Harga komoditas sudah tidak bisa diandalkan untuk menunjang ekspor. Karena itu hingga akhir tahun kebijakan moneter masih akan cenderung ketat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×