kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Ingin Jadi Negara Penghasilan Menengah Atas, Indonesia Perlu Genjot Manufaktur


Selasa, 22 Februari 2022 / 13:30 WIB
Ingin Jadi Negara Penghasilan Menengah Atas, Indonesia Perlu Genjot Manufaktur
ILUSTRASI. Pemerintah optimistis Indonesia bisa kembali menjadi negara berpenghasilan menengah ke atas (upper middle income) pada tahun ini.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah optimistis Indonesia bisa kembali menjadi negara berpenghasilan menengah ke atas (upper middle income) pada tahun ini, setelah turun kelas menjadi negara berpenghasilan menengah ke bawah pada tahun 2020 imbas dari adanya pandemi Covid-19.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan, untuk naik kelas menjadi negara berpenghasilan menengah ke atas maka butuh meningkatkan produktifitas manufakturnya yang tercermin dari Produk Domestik Bruto (PDB).

“Kalau bicara meningkatkan PDB ini tentu banyak cara dan ini memang sudah menjadi isu yang menahun di Indonesia bahwa produktifitas manufaktur kita terus menurun. Jadi kalau kita mau naik kelas alasan yang paling suitable dan longlasting adalah meningkatkan kembali produktivitas manufaktur,” kata Riefky kepada Kontan.co.id, Selasa (22/2).

Baca Juga: Bank Dunia: Peningkatan Suku Bunga The Fed Jadi Dilema Bank Indonesia

Menurutnya, untuk meningkatkan kembali produktifitas manufaktur, salah satunya dengan investasi yang dalam beberapa waktu belakangan terus digalakkan pemerintah. “Investasi ke produk-produk yang nilai tambahnya lebih tinggi. Tidak hanya komoditas di sektor hulu saja. Jadi ini kemudian yang perlu disiapkan,” kata Riefky.

Riefky menambahkan, dalam menarik investasi ini juga tidak semudah rencana karena masih ada beberapa hal yang menjadi kendala yaitu faktor sumber daya manusia (SDM) yang perlu diperkuat disisi pelatihan, pendidikan dan lain sebagainya.

Selain itu, dari sisi infrastruktur juga perlu ditingkatkan untuk kemudian dapat menekankan investasi yang bisa meningkatkan produktifitas manufaktur.

Menurutnya, target ini bisa direalisasikan dengan catatan harus konsisten untuk ke depannya, tidak hanya konsisten 1 atau 2 tahun namun dalam beberapa rezim mendatang karena bukan program yang kelihatan hasilnya dalam jangka pendek.

“Jadi konsistensi kebijakan ini sangat diperlukan Indonesia untuk kemudian bisa naik kelas lagi,” imbuh Riefky.

Baca Juga: Indonesia Bisa Naik Kelas Lagi ke Negara Berpenghasilan Menengah Atas, Ini Syaratnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×