kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ingin diperingkat S&P, RI perlu contoh Singapura


Selasa, 16 Mei 2017 / 18:20 WIB
Ingin diperingkat S&P, RI perlu contoh Singapura


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Indonesia tengah menanti investment grade oleh Standard and Poor's (S&P). Jika Indonesia berhasil memperoleh peringkat tersebut, dana asing akan semakin deras ke dalam negeri. Dengan demikian, pemeringkatan ini bisa merangsang pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Aviliani mengatakan, untuk memperoleh investment grade dari S&P, Indonesia perlu melihat apa yang dilakukan oleh negara tetangga. Sebagai contoh, Singapura.

Ia mengatakan, Singapura bisa terus mendapatkan investment grade yang bagus. Hal ini karena Singapura fokus dengan kelemahan yang menjadi poin penting penilaian S&P.

“Singapura fokus dengan apa yang dianggap kelemahan oleh S&P. Itu didahulukan. Jadi fokusnya tidak banyak-banyak seperti Indonesia. Kita ingin semua dibagusin,” kata Aviliani saat ditemui di Ballroom Hotel Kempinski, Jakarta, Selasa (16/5).

Menurut Aviliani apabila memiliki fokus yang terlalu banyak, akhirnya akan memakan waktu yang lama untuk berbenah sehingga itu mempengaruhi pemeringkatan juga lantaran tidak ada tujuan-tujuan khusus yang benar-benar dikejar perbaikannya.

Adapun menurut dia, tak selamanya indikator yang dilihat oleh S&P sama dengan kondisi yang ada di negara yang dinilai. Ia melihat, kondisi Indonesia sendiri saat ini menarik untuk investor menaruh uangnya.

“Indonesia tidak dipandang sebelah mata. Malah orang ingin masuk ke Indonesia,” ucapnya.

Nah, karena Indonesia sudah dalam kondisi yang baik, menurut Aviliani tinggal bagaimana mengatur pembagian dari investasinya saja.

“Misalnya kalau investor China apa, Jepang apa. Jadi jangan diadu antara dua, kalau diadu mereka biasanya enggan,” jelasnya.

Ia melanjutkan, biasanya lembaga internasional melihat dari stabilisasi makro dan keamanan. Namun demikian, Indonesia sendiri dianggap tidak memiliki risiko yang terlalu tinggi dibandingkan dengan negara-negara lainnya ketika terjadi konflik.

“Seperti pilkada misalnya. Indonesia dianggap tidak separah negara lain. Itu harus dimanfaatkan secara optimal untuk menarik minat investor. Jangan hanya satu negara. Semua negara harus masuk ke sini dan investasinya macam-macam. Tidak cuma satu investasi,” kata dia.

Aviliani juga melihat bahwa Indonesia tidak perlu terlalu khawatir dengan pemeringkatan S&P. Ia berpendapat, S&P bukan lagi salah satu yang benar-benar diperhatikan oleh investor asing. Itu terbukti dengan dana masuk yang cukup besar belakangan ini.

“Sebenarnya menurut saya, bagi asing, Indonesia masih menjanjikan. Kalau dilihat dari yield-nya. Investor asing kalau kita lihat di analisis-analisisnya juga melihat peristiwa di Indonesia itu guncangannya hanya sebentar, tidak berkepanjangan dan anarkis,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×