kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,25   2,50   0.28%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Infrastruktur dan ketrampilan kunci keluar jebakan


Senin, 23 Juni 2014 / 15:47 WIB
Infrastruktur dan ketrampilan kunci keluar jebakan
ILUSTRASI. Manfaat lobak untuk kesehatan.


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Indonesia harus mendongkrak daya saingnya dengan mengatasi kesenjangan pembangunan infrastruktur dan keterampilan agar bisa lepas dari jebakan pendapatan menengah alias midle income trap. Dengan infrastruktur dan sumber daya manusia yang terampil maka ekonomi Indonesia bisa di atas 6% konstan setiap tahun.

Bahkan menurut Ekonom Bank Dunia Ndiame Diop, untuk bisa keluar dari jebakan itu maka dalam satu dekade, pertumbuhan ekonomi Indonesia harus mendekati 9%. Pertumbuhan yang lebih tinggi diperlukan karena sejak  2003, hingga tahun 2013 pertumbuhan Indonesia bergerak mendekati 6%. Namun kini pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukan pelambatan.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup pesat di kisaran 6% belumlah cukup jika Indonesia ingin lepas dari midle income trap. Menurut Ndiame Diop, midle income trap terjadi ketika sebuah negara yang pada awalnya memiliki pertumbuhan tinggi, namun terjebak tidak dapat tumbuh lebih tinggi lagi bahkan cenderung melambat.

Dia bilang, pertumbuhan yang lebih tinggi dapat membantu banyak segmen masyarakat, melalui kesempatan kerja yang lebih besar. Salah satu cara untuk mendorong pertumbuhan ekonomi adalah dengan meningkatkan pembangunan infrastruktur dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. “Indonesia sebaiknya meningkatkan daya saingnya dengan mengatasi kesenjangan di bidang infrastruktur dan keterampilan,” katanya, Senin (23/6) di Jakarta.

SDM yang berkualitas bisa menarik lebih banyak investasi masuk ke Indonesia. Investor memang biasanya mencari tenaga kerja yang terampil dan memiliki perilaku kerja kuat. Saat ini, Indonesia dinilai kurang menguntungkan dibandingkan negara berpendapatan menengah lainnya. Akibatnya, setengah dari lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Indonesia bekerja di bidang tidak terampil dengan penghasilan yang rendah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×