Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Berbeda dengan Agustus tahun lalu yang mengalami deflasi, Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Agustus tahun 2017 diperkirakan masih akan mencatat inflasi, walau tipis.
Sebagian besar ekonom yang dihubungi KONTAN, memperkirakan inflasi Agustus 2017 yang akan diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini bakal di kisaran 0,04%-0,6%, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,22%.
Terhitung sejak 2014, inflasi Agustus memang tercatat lebih rendah dari bulan sebelumnya. Tahun 2014, inflasi Agustus sebesar 0,47%, Agustus 2015 sebesar 0,39%, dan Agustus 2016 mengalami deflasi 0,02%.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, inflasi Agustus sebesar 0,05% dan 3,94% year on year (YoY). Rendahnya inflasi karena penurunan sejumlah harga bahan pangan seperti cabai merah biasa, cabai merah keriting dan bawang merah. Walaupun terdapat beberapa harga komoditas yang cenderung naik seperti daging sapi, daging ayam, dan beras.
Kementerian Perdagangan (Kemdag) mencatat harga rata-rata nasional bawang merah per akhir Agustus Rp 28.212 per kilogram (kg), turun 16,64% dari akhir Juli. Pada periode sama, harga rata-rata nasional daging sapi Rp 119.697 per kg, turun 2,3%.
Tak hanya itu, "Administered prices (harga yang diatur pemerintah) juga cenderung terkendali didorong oleh normalnya tarif transportasi udara dan antar kota setelah mencapai puncaknya mudik Lebaran," kata Josua, Sabtu (2/9).
Ekonom Maybank Indonesia Juniman juga memperkirakan, inflasi bulan lalu 0,04% dan 3,93% YoY. Inflasi Agustus tahun ini sulit mencatat deflasi seperti Agustus 2016. Sebab, biaya pendidikan, khususnya perguruan tinggi meningkat. Harga emas dan perhiasan juga naik.
Jaga bunga
Meski memproyeksi inflasi Agustus sebesar 0,04%, Ekonom Institute for Development of Economics & Finance (Indef) Bhima Yudhistira melihat peluang deflasi masih tetap terbuka.
Bhima juga mengatakan, perlunya antisipasi inflasi musiman yang akan datang, khususnya November dan Desember. "Karena libur Natal dan tahun baru, ada kenaikan permintaan terutama pangan dan angkutan," kata Bhima.
Bhima juga optimistis, laju inflasi hingga akhir tahun masih berada di level yang aman, sebesar 4%-4,3%, meski sedikit di atas inflasi tahun lalu. Sehingga hal itu memberi peluang Bank Indonesia (BI) untuk kembali memangkas suku bunga acuannya (BI 7-Day Reverse Repo Rate) sebesar 25 basis points (bps).
Akan tetapi, "Kalau turun lagi tahun ini tekanan eksternalnya masih besar terutama kondisi geopolitik, Fed Rate dan perubahan balance sheet Fed," tambah Bhima.
Ekonom SKHA institute for Global Competitiveness Eric Sugandi juga melihat ada potensi deflasi pada Agustus, meskipun ia memprediksi inflasi 0,05%.
Namun, meski inflasi stabil rendah, Eric berharap BI tetap menahan suku bunga acuannya di level 4,5% sepanjang sisa tahun ini, bahkan hingga tahun depan. "Karena real interst rate-nya (suku bunga nominal-ekspektasi inflasi) sudah di bawah 1%, berisiko jika BI pangkas lagi dalam situasi global yang masih banyak ketidakpastian," kata Eric.
Meski begitu, Ekonom Bank Central Asial (BCA) David Sumual justru memperkirakan IHK bulan lalu mencatat deflasi 0,03%. Hal itu dipengaruhi oleh deflasi pada kelompok harga pangan yang bergejolak dan administered prices. "Permintaan secara agregat juga cenderung stagnan dan ada faktor ekspektasi yang mendorong inflasi rendah," tambah David.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News