kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri pariwisata terpukul wabah corona, ini yang diminta PHRI


Kamis, 16 April 2020 / 15:42 WIB
Industri pariwisata terpukul wabah corona, ini yang diminta PHRI
ILUSTRASI. Industri pariwisata termasuk hotel dan restoran merupakan industri paling terdampak wabah corona.


Reporter: Abdul Basith | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) meminta pengurangan beban operasional selama masa pandemi virus corona (Covid-19).

Pasalnya industri pariwisata termasuk hotel dan restoran merupakan industri paling terdampak. Industri tersebut mengandalkan pergerakan orang yang saat ini telah dibatasi oleh pemerintah.

"Kami yang paling lemah, kegiatan pariwisata tidak bisa terjadi kalau ada pembatasan," ujar Wakil Ketua PHRI Maulana Yusran saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (16/4).

Baca Juga: Jumlah orang miskin di Indonesia bisa bertambah akibat wabah corona

Saat ini, pendapatan industri pariwisata merosot hingga 90%. Berdasarkan hal itu, Maulana bilang, perlu ada pengurangan beban operasional bagi industri.

Salah satu perlu dikurangi adalah penghilangan biaya minimum untuk penggunaan listrik dan gas. Biaya operasional itu akan menekan keuangan perusahaan.

"Kami minta biaya minimum jangan sampai ada karena sekarang penggunaannya sangat minimum karena pasarnya tidak ada," terang Maulana.

Kebijakan perlu dikeluarkan secara cepat dalam masa pandemi Covid-19. Sehingga industri dapat bertahan dan kembali menampung tenaga kerja saat masa pemulihan.

Sebelumnya, terdapat rencana perluasan stimulus pembebasan pajak penghasilan pasal 21 (PPh 21) serta PPh 25. Namun, itu saja tidak cukup karena arus kas perusahaan yang sudah tertekan saat ini.

"Kami sudah minta dari lama awal agar ada likuiditas arus kas untuk perusahaan dan karyawan, sekarang sudah banyak yang tutup," jelas Maulana.

Oleh karena itu, perlu ada bantuan kepada karyawan yang dirumahkan. Salah satunya peniadaan iuran BP Jamsostek sehingga dapat dimanfaatkan oleh karyawan.

Selain itu, bantuan langsung tunai (BLT) juga diperlukan karyawan untuk memenuhi kebutuhan. Hal itu jauh lebih penting dibandingkan dengan kartu prakerja yang disediakan oleh pemerintah untuk sektor pariwisata.

"Saat ini orang butuhnya uang cash karena berhenti pekerjaan dan tidak dapat uang sama sekali. Kita berharap tidak usah pakai pelatihan, konsepnya seperti BLT saja," imbuh Maulana.

Baca Juga: PHRI: Pandemi corona merupakan cobaan besar untuk industri hotel

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×