Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Paviliun Indonesia resmi dibuka di tengah perhelatan Konferensi Iklim Dunia (COP30) di Belém, Brasil. Ini menjadi panggung utama bagi Indonesia untuk menunjukkan kepada dunia berbagai aksi nyata dalam menjaga lingkungan sekaligus membangun ekonomi hijau.
Menteri Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH), Hanif Faisol Nurofiq, menegaskan bahwa kehadiran Paviliun Indonesia menjadi simbol kesiapan Indonesia untuk berperan lebih besar di panggung global. “Kita tidak hanya hadir untuk bernegosiasi, tetapi untuk menunjukkan bahwa Indonesia siap menjadi jembatan hijau dunia,” ujar Hanif dalam keterangannya, Selasa (11/11/25).
Baca Juga: Paviliun Indonesia Resmi Dibuka di COP30 Brasil
Paviliun ini ibarat jembatan hijau yang menghubungkan Indonesia dengan negara-negara lain, kalangan pengusaha, dan masyarakat global. Melalui paviliun ini, Indonesia tidak hanya berbicara soal komitmen, tetapi juga menampilkan bukti nyata bagaimana pembangunan bisa berjalan seiring dengan pelestarian lingkungan.
Selama sekitar dua minggu penyelenggaraan COP30, Paviliun Indonesia akan menjadi pusat berbagai kegiatan dan diskusi strategis. Lebih dari 50 sesi akan digelar untuk menampilkan beragam inisiatif dan capaian Indonesia dalam menjaga hutan tropis, beralih ke energi bersih, mengelola sampah secara inovatif, serta mendorong industri agar lebih ramah lingkungan.
Salah satu acara unggulan di paviliun ini adalah forum “Seller Meet Buyer”, yaitu pertemuan antara penjual dan pembeli kredit karbon. Mekanismenya sederhana, yakni pihak yang berhasil menekan emisi karbon, misalnya, lewat penanaman pohon atau penggunaan energi bersih, akan memperoleh kredit karbon yang bisa dijual kepada pihak lain yang masih menghasilkan emisi.
Baca Juga: Indonesia Pertegas Komitmen Iklim di Forum Global
Hanif bilang, transaksi ini bukan sekadar bisnis, tetapi juga sarana memperkuat integritas dan kepercayaan dalam upaya global menekan dampak perubahan iklim. Indonesia memiliki potensi besar dalam pasar karbon ini, yang diperkirakan bisa menghasilkan nilai ekonomi hingga US$ 7,7 miliar per tahun. “Pasar karbon bukan sekadar transaksi ekonomi. Ini adalah cara kita menegakkan integritas dan membangun kepercayaan dunia,” kata Hanif.
Menurutnya, keberadaan Paviliun Indonesia di COP30 membawa dampak penting bagi bangsa. Pertama, memperkuat citra Indonesia sebagai pemimpin yang serius dalam menangani isu perubahan iklim. Kedua, membuka peluang ekonomi baru dan lapangan kerja di sektor hijau. Ketiga, mendorong terciptanya lingkungan yang lebih bersih dan sehat bagi masyarakat.
Selanjutnya: VIDA Perkuat Keamanan Digital Sektor Kesehatan di Tengah Ancaman AI Deepfake
Menarik Dibaca: 5 Rahasia Berhasil Pensiun Dini Ala Robert Kiyosaki, Bukan Soal Uang Tapi Pola Pikir
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













