Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Indonesia dan Kolombia mendapatkan pendanaan dari konsorsium EU NAMAs (Nationally Appropriate Mitigation Action) Facility.
Pendanaan melalui NAMAs support ini untuk pertama kalinya di dunia diberikan kepada sektor transportasi.
NAMAs merupakan aksi mitigasi dari negara-negara berkembang dalam lingkup konvensi UNFCCC. Proposal Indonesia diajukan sebagai bagian dari NAMA pemerintah Indonesia kepada Sekretariat UNFCCC.
Indonesia mendapatkan dukungan dana sebesar 15 juta euro atau sekitar Rp 235 miliar, yang merupakan bagian dari total 70 juta euro yang sudah dialokasikan oleh pemerintah Inggris dan Jerman melalui EU NAMAs facility.
Kabar gembira ini diumumkan disela-sela Konferensi PBB Perubahan Iklim (UNFCCC COP 19) di Warsaw, Polandia, atas terpilihnya proposal yang disampaikan oleh Kementerian Perhubungan Indonesia melalui Proposal Program Sustainable Urban Transport Initiative (SUTRI NAMA) atau Program Inisiatif Transportasi Urban Berkelanjutan.
Proposal SUTRI NAMA terpilih bersama program NAMAs dari Chili, Kostarica dan Kolumbia dari 43 proposal NAMAs yang diajukan oleh berbagai negara kepada EU NAMAs Facility.
Proposal tersebut diajukan sebagai bagian dari Aksi Mitigasi Nasional pemerintah Indonesia kepada Sekretariat UNFCCC.
“SUTRI NAMA menjadi program NAMAs pada sektor transportasi pertama di dunia yang mendapatkan bantuan dari dunia internasional,” ujar Wendy Aritenang, Staf Ahli Menteri Perhubungan Bidang Lingkungan, di Warsawa, Polandia, Minggu (17/11), seperti dirilis di Setkab RI.
Lebih lanjut, Wendi menjelaskan, Indonesia bersama dengan Kolombia menjadi negara pertama yang mendapat dukungan dunia internasional dan ini merupakan penghargaan atas upaya mitigasi Indonesia di sektor transportasi.
“Proyek SUTRI NAMA merupakan salah satu proyek dengan tingkat pelaksanaan yang relatif sederhana, tetapi mempunyai dampak yang besar dan ambisius. Kami melihat komitmen yang kuat dari Kementerian Perhubungan untuk mengubah sistem transportasi yang akan berpengaruh terhadap kota dan kehidupan masyarakat di kota tersebut,” ujar Norbert Goriβen, perwakilan dari EU NAMAs Facilit/Kementerian Lingkungan Jerman.
Transportasi merupakan sektor yang menyumbang 23 persen emisi pada tahun 2005 menurut data dari Indonesian Climate Change Sectoral Roadmap (ICCSR) dan 90 persen konsumsi energi nasional berasal dari transportasi darat.
Oleh karena itu, transportasi massal menjadi pilihan untuk aksi mitigasi nasional perubahan iklim dengan keuntungan tambahan untuk mengatasi kemacetan, mengurangi penggunaan BBM yang berujung berkurangnya subsidi energi.
Kementerian Perhubungan sendiri telah membuat grand design untuk rencana transportasi massal yang masuk dalam kerangka kerja transportasi urban nasional dalam lingkup NAMAs.
Kerangka kerja transportasi tersebut juga masuk dalam Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN GRK). Program SUTRI NAMA akan dilakukan di tiga kota percontohan yaitu Medan, Menado dan Batam, sebelum nantinya bakal diterapkan di berbagai kota besar di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News