Reporter: Arif Wicaksono | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Indonesia mendorong investor Korea Selatan (Korsel) lebih banyak menanamkan uangnya di industri otomotif dan komponen, smelter dan pengolahan mineral, juga pertanian. Dorongan itu akan dimasukkan dalam kerjasama dagang Indonesia-Korea Selatan (Korsel) atau Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnertship Agreement (IK-CEPA).
Direktur Jenderal (Dirjen) Kerjasama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemdag) Iman Pambagyo mengatakan, saat ini perundingan kesepakatan IK-CEPA telah memasuki tahap substantif. "Beberapa isu cukup sulit mencapai kemajuan pada tahapan ini, misal di sektor pertanian, perikanan, otomotif dan baja," ujarnya ke KONTAN, belum lama ini.
Iman berharap, dengan kerjasama ini maka investasi Korea di Indonesia semakin luas dan memberikan keuntungan bagi Indonesia. Apalagi dari kajian yang telah dilakukan pemerintah, kerjasama IK-CEPA akan mampu memberikan kesejahteraan atau welfare gain senilai US$ 10,6 miliar bagi Indonesia.
Keuntungan itu didapat dari makin luasnya investasi Korea di Indonesia. Data Kemdag menunjukkan saat ini investasi Korsel masih terkonsentrasi di sektor industri karet, plastik, kimia, tekstil, gas, air dan baja. Tahun lalu total investasi Korsel di Indonesia mencapai US$ 1,95 miliar.
Seperti diketahui, perundingan IK-CEPA sampai saat ini belum mencapai kata sepakat. Dalam perundingan putaran empat yang berlangsung Juli 2013, isu yang dibahas terkait akses pasar barang, jasa, dan investasi, kerjasama ekonomi dan peningkatan kapasitas, serta perdagangan.
Walau belum ada kesepakatan kerjasama, namun Iman mengaku, Indonesia dan Korsel bersepakat menandatangani kerjasama IK-CEPA sebelum 2013 berakhir. Dengan begitu maka implementasi perjanjian itu bisa dilakukan pada 2014 guna mendukung persiapan menghadapi pasar bebas ASEAN tahun 2015.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim, Shinta Widjaja Kamdani yakin IK-CEPA mampu mendorong perluasan pasar produk Indonesia di Negara Gingseng itu. "Untuk itu pemerintah perlu cermat dalam melakukan negosiasi agar melalui hambatan non-tarif produk Indonesia di Korea bisa minimal," ujarnya.
Pemerintah harus memastikan IK-CEPA saling menguntungkan kedua negara. Dengan begitu nilai perdagangan antar kedua negara pada 2015 diharapkan naik menjadi US$ 50 miliar. Selama ini ekspor Indonesia ke Korsel didominasi migas sebesar 70%, produk kayu dan kertas 7,5% dan tekstil serta pakaian 3,7%.
Arif Wicaksono Aryadi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News