kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Indonesia dan Ceko incar peningkatan investasi di sektor industri


Senin, 17 September 2018 / 19:16 WIB
 Indonesia dan Ceko incar peningkatan investasi di sektor industri
Pertemuan Menteri Perindustrian dengan delegasi Senat Republik Ceko


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia dan Ceko tengah menjajaki peluang kerja sama ekonomi khususnya di sektor industri. Potensi kolaborasi kedua negara ini akan dilakukan melalui upaya peningkatan investasi dan ekspor sehingga diharapkan dapat memperkuat struktur manufaktur dan memperbaiki neraca perdagangan nasional.

Usai bertemu dengan Ketua Senat Republik Ceko Milan Stech, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengharapkan dukungan Ceko dalam upaya mempercepat negosiasi Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan Uni Eropa.

“Sebelumnya, Bapak Presiden Jokowi dan PM Australia telah melakukan finalisasi Indonesia-Australia CEPA,” kata Airlangga Hartarto, dalam keterangan persnya, Senin (17/9).

Menprin meyakini, apabila kerangka kemitraan bilateral yang komprehensif tersebut terjalin, bakal mendongkrak ekspor produk RI yang signifikan ke Ceko. “Beberapa produk manufaktur kita yang punya potensi menembus pasar Ceko, antara lain tekstil dan pakaian, alas kaki, furnitur berbasis kayu, serta pulp dan kertas,” sebutnya.

Menprin pun menyampaikan, pihaknya berupaya menarik investor Ceko untuk menanam modalnya di Indonesia pada sektor industri pengolahan karet. Hal ini selangkah dengan potensi Indonesia termasuk dalam jajaran produsen crumb rubber (karet remah) terbesar di dunia. “Sementara Ceko punya industri pengolahan karet yang cukup berdaya saing seperti pabrik ban,” ungkapnya.

Di samping itu, lanjut Airlangga, Indonesia memiliki industri kereta api yang sudah mampu memproduksi berbagai komponen dan infrastruktur perkeretaapian. Misalnya, rolling stock, trek rel, hingga sistem persinyalan. Ini menjadi peluang kolaborasi di kedua negara untuk saling transfer teknologi.

“Indonesia dapat dijadikan basis pengembangan industri kereta api. Sejumlah negara seperti Australia, Bangladesh, Filipina, Malaysia, Thailand, dan Sri Lanka telah memesan dan mengimpor kereta api dari Indonesia,” paparnya.

Apalagi, Indonesia sedang gencar-gencarnya membangun infrastruktur transportasi guna memperkuat konektivitas termasuk di dalamnya pembuatan kereta api, mass rapid transit (MRT), dan light rail transit (LRT) yang memerlukan teknologi perkeretaapian yang maju. “Ceko sebagai salah satu negara yang punya teknologi canggih tersebut,” ujarnya.

Sektor lainnya yang juga dijajaki untuk bisa dikerjasamakan kedua negara, yakni industri farmasi. “Saat ini, Indonesia termasuk negara yang memiliki program jaminan kesehatan terbesar. Selain itu, industri farmasi Indonesia tengah memulai pengembangan lebih lanjutnya,” imbuh Airlangga.

Peluang investasi selanjutnya ada di teknologi mini hydro, yang merupakan bagian dari penyediaan energi terbarukan di remote area dan merupakan peluang yang siap digarap di Indonesia.

Untuk memberikan keyakinan kepada para pelaku industri Ceko, Menperin menegaskan, Pemerintah Indonesia berkomitmen menciptakan iklim usaha yang kondusif. Hal ini seiring dengan implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0 dalam menyiapkan strategi dan arah yang jelas untuk memasuki era revolusi industri geneasi keempat.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Senat Republik Ceko Milan Stech,menuturkan, beberapa peluang kerja sama industri tersebut sangat menarik dikembangkan bagi pihak Ceko. “Kami punya anggota Kadin mencapai 15.000 dari berbagai sektor usaha,” ucapnya.

Stech pun menyebutkan, Ceko telah memiliki beberapa sektor manufaktur unggulan di kancah global, seperti industri otomotif, pesawat terbang, dan logistik. “Kami juga sudah memproduksi kereta dengan kecepatan 200 km/jam yang berkualitas dengan harga yang terjangkau,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×