kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.871.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.445   -75,00   -0,45%
  • IDX 7.107   66,36   0,94%
  • KOMPAS100 1.034   12,73   1,25%
  • LQ45 806   9,73   1,22%
  • ISSI 223   1,91   0,86%
  • IDX30 421   5,94   1,43%
  • IDXHIDIV20 502   10,81   2,20%
  • IDX80 116   1,41   1,23%
  • IDXV30 120   2,66   2,27%
  • IDXQ30 138   2,04   1,50%

Indef: Risiko investasi di sektor energi cukup besar


Jumat, 07 September 2018 / 21:59 WIB
Indef: Risiko investasi di sektor energi cukup besar
ILUSTRASI. ARMADA KAPAL PERTAMINA


Reporter: Kiki Safitri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menurut Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara, sejauh ini investor masih menahan diri untuk melakukan investasi pada sektor energi dalam negeri.

“Karena potensi sebenarnya cadangan minyak kita masih cukup besar, tapi risiko berinvestasinya masih besar juga. Jadi banyak yang menahan diri untuk melakukan eksplorasi baru,” kata Bhima saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (7/9).

Selain masalah ketidakpastian ekonomi di Indonesia, Bhima menyebut bahwa kebijakan pemerintah yang masih berubah-rubah memunculkan persepsi investor asing bahwa iklim investasi di Indonesia masih belum bagus.

“Kembali lagi pada kebijakan pemerintah di sektor migas seperti Production Sharing Contract (PSC) yang dirubah menjadi Gross Split dan ada juga kebijakan-kebijakan migas yang tidak pasti. Itu juga membuat mereka melihat iklim investasi migas di Indonesia belum bagus,” ungkapnya.

Masalah selanjutnya yang menyebabkan para investor masih menahan diri untuk berinvestasi di sektor energi di Indonesia adalah harga minyak mentah yang masih berfluktuasi.

“Karena harga minyak mentah yang masih mengalami fluktuasi. Jadi naik turunnya masih cukup tinggi sehingga belum ditemukan titik keseimbangan di angka berapa,” ungkapnya.

Asal tahu saja, target lifting minyak sejauh ini selalu meleset. Bhima menyarankan agar pemerintah terus menggiatkan eksplorasi sumur-sumur minyak yang cenderung menurun dalam lima tahun terakhir.

“Analisisnya adalah produktivitas dari sumur-sumur minyak di Indonesia ini sudah mengalami penurunan karena tidak adanya pencarian eksplorasi sumur-sumur baru yang signifikan dalam lima tahun terakhir. Jadi statistiknya itu pernah samapi puncak kita wilayah kerja migas, eksplorasi lalu mengalami penurunan terus. Nah itu artinya memang kita harus mendorong eksplorasi migas itu,” ungkapnya.

Di APBN 2018, pemerintah menetapkan target liting minyak mentah sebesar 800.000 barel per hari (bph). Namun realisasi lifting minyak hingga September 2018 hanya 772.000 bph.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×