Reporter: Kiki Safitri | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Realisasi produksi siap jual (lifting) minyak diprediksi tak capai target. Di APBN 2018, pemerintah menetapkan target lifting minyak sebesar 800.000 barel per hari (bph). Namun realisasi lifting minyak hingga September 2018 sebesar 772.937 bph.
Sedangkan harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Oil Price/ICP) dalam APBN 2018 sebesar US$ 48, tapi realisasi ICP hingga September 2018 sudah mencapai US$ 67,4 per barel.
Pengamat menilai kelesuan tersebut akibat eksplorasi ladang-ladang minyak di Indonesia yang masih dianggap kurang. Ini dikatakan oleh Direktur Center of Reform on Economics (CORE) Muhammad Faisal saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (7/9).
“Lifting minyak itu kalau dia kurang berarti eksplorasi kita kurang, nah eksplorasi ini untuk ladang-ladang minyak yang potensial,” kata Faisal.
Faisal menyebutkan bahwa kurangnya eksplorasi tersebut karena investasi yang minim akibat masalah ekonomi global.
“Ekplorasi itu kurang, karena dana untuk investasi eksplorasi itu minim, jadi otomatis kenapa investasi minim? Karena dari sisi keuntungan sudah minim. Itu juga yang membuat pembangunan kilang terhambat, eksplorasi terhambat, karena kurangnya investasi ke arah sana,” ungkapnya.
Sebelumnya diketahui bahwa anggota Komisi VII DPR RI, mengkritik Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) karena kelesuan lifting migas ini. Bahkan, kondisi tersebut menyebabkan Indonesia terus bergantunga pada impor migas untuk menutupi kebutuhan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News