kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.754   6,00   0,04%
  • IDX 7.465   -14,67   -0,20%
  • KOMPAS100 1.154   -0,52   -0,05%
  • LQ45 915   1,16   0,13%
  • ISSI 226   -1,02   -0,45%
  • IDX30 472   1,60   0,34%
  • IDXHIDIV20 569   1,93   0,34%
  • IDX80 132   0,17   0,13%
  • IDXV30 140   1,00   0,72%
  • IDXQ30 157   0,29   0,18%

Impor Berlebihan Dinilai Bisa Menambah Beban APBN


Minggu, 15 Oktober 2023 / 21:37 WIB
Impor Berlebihan Dinilai Bisa Menambah Beban APBN
Pekerja membongkar beras impor asal Thailand dari kapal kargo berbendera Vietnam di Pelabuhan Malahayati, Krueng Raya, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Kamis (22/6/2023).Impor Berlebihan Dinilai Bisa Menambah Beban APBN.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah fenomena kekeringan, pemerintah menggunakan opsi impor guna menjaga suplai pangan di dalam negeri. 

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengungkapkan, meski menjaga inflasi, tetapi ada kemungkinan impor pangan ini akan membebani anggaran. 

“Pasti ada tambahan beban bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),” tutur David kepada Kontan.co.id, Minggu (15/10).

Baca Juga: Pemerintah Dinilai Gagal Kurangi Ketergantungan pada Impor

Hanya saja, David menganggap APBN masih solid, mengingat anggaran masih surplus hingga Agustus 2023. 

David juga memperkirakan, defisit anggaran mungkin di bawah perkitaan pemerintah yang sebesar 2,8% produk domestik bruto (PDB).

Dari perhitungannya, defisit anggaran hanya ada di kisaran 2% PDB. 

Namun, David mengingatkan, defisit anggaran mungkin membengkak ke kisaran 2% hingga 2,5% PDB. Dengan catatan, ada kenaikan harga minyak yang signifikan.

Baca Juga: Neraca Perdagangan RI Bakal Terpengaruh Lonjakan Impor Pangan

Juga, ada pelemahan kurs di akhir tahun 2023. Plus pemerintah perlu menambah impor bila el nino berkepanjangan.  

David pun mengingatkan, sebenarnya pemerintah memiliki dana jumbo yang mengendap di Bank Indonesia (BI), sekitar Rp 600 triliun hingga Rp 700 triliun. 

Sehingga, kalau memang ada pembengkakan belanja karena impor untuk barang yang esensial, dana mengendap tersebut bisa dimanfaatkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×