kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

IMF Prediksi Sepertiga Negara Dunia Akan Resesi Ekonomi 2023, Bagaimana Indonesia?


Rabu, 04 Januari 2023 / 11:14 WIB
IMF Prediksi Sepertiga Negara Dunia Akan Resesi Ekonomi 2023, Bagaimana Indonesia?
ILUSTRASI. IMF Prediksi Sepertiga Negara Dunia Akan Resesi Ekonomi 2023, Bagaimana Indonesia?


Reporter: Adi Wikanto, Siti Masitoh | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Perekonomian global diprediksi menghadapi tantangan yang semakin berat tahun 2023. Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) prediksi sepertiga negara di dunia akan terjerumus dalam resesi ekonomi tahun 2023. Apakah Indonesia juga akan berpotensi mengalami resesi ekonomi tahun 2023?

Resesi ekonomi adalah kemunduran perekonomian di wilayah tertentu. Negara disebut mengalami resesi jika pertumbuhan ekonomi negatif selama dua kuartal secara berturut-turut.

Dilansir dari Kompas.com, IMF memproyeksi, perekonomian global akan mengalami tantangan yang lebih berat pada tahun ini dibanding tahun lalu. Ini disampaikan langsung oleh Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva. "Kenapa? Karena tiga (negara dan kawasan) perekonomian terbesar, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan China mengalami perlambatan secara serentak," ujar dia dilansir dari CNN, Rabu (4/1/2023).

Oleh karenanya, Georgieva bilang, IMF memprediksi hampir dari separuh perekonomian dunia akan mengalami resesi pada tahun 2023 ini. Bahkan, kondisi tersebut juga akan dirasakan oleh jutaan orang yang tinggal di negara yang tidak mengalami resesi.

"Kami memproyeksi sepertiga perekonomian dunia akan mengalami resesi. Bahkan, di negara tidak dalam zona resesi, tetap akan dirasakan oleh ratusan juta orang," tuturnya.

Baca Juga: Sri Mulyani: Perekonomian Global Sangat Brutal di Sepanjang Tahun 2022

Lebih lanjut ia bilang, AS memang berpotensi terhindar dari zona resesi. Namun, kondisi perekonomian yang "suram" semakin terlihat di kawasan Eropa, imbas dari perang Rusia dan Ukraina yang berkepanjangan. "Separuh dari Uni Eropa akan mengalami resesi," kata dia.

Beralih ke Asia, perlambatan perputaran roda ekonomi yang dialami China dipastikan berdampak signifikan terhadap global. Negara dengan perekonomian terbesar kedua dunia itu mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi pada tahun lalu, seiring dengan kebijakan pengetatan Covid-19, yang pada akhirnya mengakibatkan disrupsi rantai pasok dunia.

Presiden China Xi Jinping mengatakan, Negeri Tirai Bambu diproyeksi membukukan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,4 persen pada 2022. Proyeksi ini jauh lebih rendah dibanding dengan realisasi pertumbuhan tahun 2021 sebesar 8,4 persen. "Untuk pertama kalinya dalam 40 tahun, perekonomian China berpotensi tumbuh lebih lambat dibanding pertumbuhan global pada 2022," ujar Georgieva.

Sebelum Covid-19 merebak, China menyumbang sekitar 35-40 persen terhadap pertumbuhan ekonomi global. Namun hal itu tidak lagi terjadi.

"Ketika saya berbicara dengan para pemimpin negara Asia, mereka mulai bertanya, apa yang akan terjadi dengan China? Apakah China akan kembali ke level pertumbuhan ekonomi yang tinggi?" kata dia.

Pemerintah China memang telah mulai melonggarkan kebijakan pembatasan pergerakan pada awal Desember 2022. Meskipun pelonggaran itu akan memulihkan roda perekonomian, pemulihan akan berlangsung dengan sulit.

Pasalnya, pelonggaran yang dilakukan telah menimbulkan gelombang kasus Covid-19 baru. Ini kemudian berdampak terhadap perlambatan konsumsi serta produksi. "Beberapa bulan ke depan akan menjadi sulit bagi China, dan dampaknya perekonomian China tumbuh negatif," ucap Georgieva.

Sebagai informasi, IMF memprediksi ekonomi global tumbuh 2,7 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada 2023. Ini lebih lambat dari proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun lalu sebesar 3,2 persen.

Apakah Indonesia akan resesi ekonomi tahun 2023?

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun memprediksi kondisi perekonomian global tahun 2023 ini bakal semakin melemah. Kondisi ekonomi yang semakin lemah tersebut, disebabkan oleh semakin ketatnya kebijakan moneter, sempitnya ruang fiskal serta masih terjadinnya disrupsi pasokan.

“Ke depan tantangan ekonomi memang akan diwarnai dengan suasana yang mirip dengan 2022 di berbagai belahan dunia,” tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KITA, Selasa (3/1).

Baca Juga: Ekonom: Dukung Pertumbuhan Ekonomi, Kinerja Belanja Negara Perlu Diperkuat

Namun, Indonesia akan jauh dari resesi ekonomi. Ekonomi Indonesia masih akan tumbuh positif tahun 2023 ini. Meski demikian, pemerintah harus tetap hati-hati mengawal pertumbuhan ekonomi.

Berbagai Lembaga internasional telah merevisi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Di antaranya, Dana Moneter Internasional (IMF) yang memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 menjadi 5%.

Bank Dunia prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 sebesar 4,8%. Asian Development Bank (ADB) memproyeksi ekonomi Indonesia tahun 2023 tumbuh 5%.

Bloomberg Concensus memprediksi ekonomi Indonesia tahun 2023 tumbuh 4,9%. OECD memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 sebesar 4,7%.

Menurut Sri Mulyani, prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 yang di bawah target pemerintah tersebut imbas dari sektor eksternal yang masih akan terjadi pada tahun ini, sehingga turut berpengaruh pada perekonomian dalam negeri.

Selain itu, tensi geopolitik juga diperkirakan masih akan berlangsung hingga tahun ini. dan masih akan terjadi disrupsi di sisi supply dengan munculnya fragmentasi dan regionalism. 

Baca Juga: Konsumsi BBM Subsidi Diramal Naik hingga 10% pada Tahun Ini

Meski begitu, Sri Mulyani masih menaruh harapan bahwa pertumbuhan ekonomi Indoensia akan mencapai target yakni sebesar 5,3% yoy. Meski begitu, optimisme tersebut terus diiringi dengan kewaspadaan dari ketidakpastian ekonomi global yang turut akan berpengaruh ke dalam negeri.

“Makanya kita selalu mengatakan optimis karena tadi kondisi ekonomi kita cukup confidence dan memberikan alasan utnuk optimis, namun kita waspada karena memang turbulensi ini belum berakhir pada 2023,” imbuhnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×