Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana Moneter Internasional alias International Monetary Fund (IMF) kembali menurunkan proyeksinya terhadap pertumbuhan ekonomi global dari sebelumnya 3,3% menjadi 3,2% untuk tahun 2019. IMF juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi lima negara Asia Tenggara (ASEAN 5) menjadi 5% untuk tahun ini.
Menanggapi proyeksi tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan pemerintah akan memperhatikan seluruh pertimbangan yang disampaikan dalam laporan lembaga internasional tersebut. Namun, dia juga mengatakan bahwa pemerintah telah memiliki perhitungan sendiri dan meyakini momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu terjaga di tahun ini.
“Kami akan melihat seluruh yang disampaikan mereka (IMF). Tapi di dalam Kementerian Keuangan maupun Bank Indonesia dan pemerintah juga membuat (proyeksi). Pada dasarnya menurut saya, growth akan kita upayakan tetap terjaga,” kata Sri Mulyani di Menara Astra, Kamis (25/7) .
Pertumbuhan ekonomi Indonesia di semester kedua mestinya bisa mencetak angka yang lebih baik. Sebab menurut dia, berbagai perbaikan situasi secara global maupun domestik mulai tampak.
“Iklim suku bunga sudah mulai melonggar, kondisi politik sudah lebih settle. Kita lebih berharap faktor domestik memberikan kontribusi lebih positif dibandingkan semester I maupun akhir tahun lalu,” lanjut dia.
Hanya saja Sri Mulyani mengakui, untuk mencapai angka pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di paruh kedua tahun ini, unsur investasi harus dipacu lebih tinggi. Sementara, di sisi lain, Sri Mulyani masih pesimistis dengan kinerja ekspor yang menurutnya masih akan menghadapi tantangan di tengah ketidakpastian dan perlambatan ekonomi global.
Sebelumnya dalam Laporan Realisasi Semester I APBN 2019 di DPR RI, Sri Mulyani menyampaikan prognosis pertumbuhan ekonomi Indonesia di semester kedua sebesar 5,2% atau lebih tinggi daripada semester I yang hanya berkisar 5,1%.
Pertumbuhan utamanya didorong oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga maupun pemerintah yang masih tinggi, serta perbaikan pada realisasi investasi. Selain itu, ia juga meyakini, kebijakan belanja negara yang bersifat countercyclical mampu menopang pertumbuhan.
“Kebijakan fiskal sejauh ini cukup baik dalam merespons pelemahan (ekonomi global) tersebut. Meski penerimaan tertekan, belanja negara tetap meningkat,” ujar dia beberapa waktu lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News