kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.888.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.340   30,00   0,18%
  • IDX 7.176   -23,15   -0,32%
  • KOMPAS100 1.044   -7,03   -0,67%
  • LQ45 815   -3,41   -0,42%
  • ISSI 226   -0,18   -0,08%
  • IDX30 426   -2,13   -0,50%
  • IDXHIDIV20 508   0,07   0,01%
  • IDX80 118   -0,55   -0,47%
  • IDXV30 121   0,13   0,11%
  • IDXQ30 139   -0,23   -0,17%

IMF pangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia jadi 3,2% pada 2021


Rabu, 13 Oktober 2021 / 19:02 WIB
IMF pangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia jadi 3,2% pada 2021
ILUSTRASI. Seorang pekerja menyaksikan bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (24/8/2021). IMF pangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia jadi 3,2% pada 2021.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) menambah daftar lembaga yang memangkas proyeksi pertumbuhan Indonesia pada tahun ini. 

Lembaga tersebut menyunat proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 3,2% year on year (yoy), atau turun 0,7% poin dari perkiraan Juli 2021 yang sebesar 3,9% yoy.  Tak hanya Indonesia, IMF juga menurunkan proyeksi pertumbuhan global, dari yang sebelumnya 6,0% yoy menjadi 5,9% yoy. 

Dalam laporan World Economic Outlook edisi Oktober 2021, IMF menyebut ini tak lepas dari adanya perkembangan varian delta di global, termasuk Indonesia.  “Sebenarnya sudah terlihat momentum pemulihan ekonomi dunia. Namun, momentum ini melambat karena pandemi Covid-19 masih menjadi risiko utama,” tulis IMF dalam laporannya, Rabu (13/10). 

Indonesia memang termasuk salah satu negara yang keok akibat varian ini. Bahkan, pada awal kuartal III 2021 saja, pemerintah sampai harus menarik rem darurat berupa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. 

Baca Juga: IMF pangkas pertumbuhan ekonomi RI, begini respons Kemenkeu

Adanya restriksi ini tentu saja menurunkan mobilitas masyarakat, menghambat laju perekonomian, dan bahkan menyendat progres pemulihan ekonomi yang sebenarnya sudah terlihat nyata di kuartal II-2021. 

Namun, IMF kemudian mengingatkan tak hanya pandemi yang menjadi risiko bagi negara-negara di dunia. Risiko juga datang dari kenaikan harga berbagai komoditas, terutama pangan. 

Dengan adanya peningkatan harga ini, tentu akan mengancam daya beli masyarakat, terutama di negara-negara miskin dan berkembang. 

Belum lagi, ada risiko yang datang dari perubahan arah kebijakan moneter, terutama bank sentral Amerika Serikat (AS) dan beberapa bank sentral negara maju lainnya, seiring dengan perbaikan prospek ekonomi mereka. 

“Perubahan ini membawa ketidakpastian pada pasar keuangan dan meningkatkan kerentanan di sektor keuangan non bank,” tandas IMF. 

Selanjutnya: IMF rekomendasikan kebijakan untuk kurangi risiko keuangan aset kripto

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×