Sumber: KONTAN | Editor: Tri Adi
JAKARTA. International Financing Corporation (IFC) masih berminat membiayai industri kelapa sawit di Indonesia. Anak usaha Bank Dunia itu akan menyalurkan lagi kredit ke sektor tersebut setelah strategi global yang mereka susun rampung.
Dalam menyusun strategi itu, IFC telah berkonsultasi dengan para pemangku kepentingan industri sawit di Indonesia pada 3 Mei-7 Mei 2010 lalu. "Menurut agenda, strategi global ini akan selesai disusun pada Juli 2010 mendatang," kata Kepala Perwakilan IFC untuk Indonesia Adam Sack kemarin (1/6).
Dari diskusi tersebut, IFC mencatat sejumlah persoalan yang selalu membelit industri sawit di Indonesia. Misalnya, masalah lingkungan hidup, perlindungan terhadap hak-hak masyarakat adat, kesempatan ekonomi bagi petani kecil, dan konflik lahan. "Masukan ini menjadi bahan bagi kami dalam menyusun strategi ini," ujar Sack.
Tapi, Sack bilang, pihaknya akan mengucurkan kredit secara selektif. IFC bakal menjadikan strategi global yang mereka susun sebagai standar penilaian proposal pinjaman yang diajukan oleh perusahaan sawit. "Kami berupaya agar sektor ini bisa memberi keuntungan secara ekonomi, ramah terhadap isu sosial, serta memperhatikan isu lingkungan hidup, keanekaragaman hayati dan komunitas kehutanan," ujar dia.
Menurut Sack, pihaknya kembali berminat membiayai industri sawit lantaran sektor ini berperan besar dalam mengurangi angka kemiskinan. IFC mencatat, 40% lahan sawit di Indonesia dikuasai oleh sekitar satu juta petani kecil.
Di sisi bisnis, bisnis sawit juga menggiurkan. Posisinya sangat strategis karena 87% minyak sawit (CPO) secara global dikonsumsi untuk makanan. Di Asia, 72% CPO diolah menjadi minyak goreng. "Sawit memberikan income untuk Indonesia sekitar
US$ 40 miliar," ungkap Sack.
Catatan saja, IFC menyetop pengucuran kredit untuk sektor sawit di seluruh dunia, termasuk Indonesia, pada September 2009. Alasannya, mereka perlu merancang ulang strategi pemberian kredit.
Sejak 1990 hingga Agustus 2009, IFC telah mengucurkan kredit sebanyak US$ 168,5 juta untuk tujuh proyek sawit yang dikembangkan perusahaan Indonesia. Nilai kredit ini tercatat yang terbesar. Sebagai contoh, Thailand hanya memanfaatkan kredit IFC sebesar US$ 4,7 juta.
Beberapa perusahaan sawit di Indonesia yang pernah menikmati kredit IFC antara lain PT Kalimantan Sanggar Perkasa, PT Gawi Makmur Kalimantan, dan Wilmar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News