Reporter: Ratih Waseso | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah telah mulai menjalankan program vaksinasi virus corona (Covid-19) secara bertahap mulai Rabu (13/1). Ini merupakan upaya bersama membebaskan masyarakat Indonesia dari pandemi Covid-19.
Juru bicara Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr. Erlina Burhan mengatakan, proses vaksinasi perdana yang disiarkan secara langsung tersebut merupakan hal yang sangat baik untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa vaksin Covid-19 yang digunakan terjamin keamanannya.
“Kalau vaksin yang digunakan tidak aman, tentu para pemimpin tersebut tidak mau di vaksin. Ketua Umum IDI, dr. Daeng M. Faqih, juga ikut di vaksin bersama Presiden Joko Widodo untuk menunjukkan kepada para tenaga kesehatan dan tenaga medis supaya tidak perlu ragu lagi menjalani vaksinasi saat gilirannya nanti,” kata dia dalam siaran pers yang diterima Kontan.co.id, Kamis (14/1).
Baca Juga: Waduh, varian baru virus corona sudah menginfeksi 50 negara
Erlina menjelaskan, salah satu tujuan vaksinasi adalah untuk mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok. Di mana terjadi jika 70% rakyat Indonesia di vaksin sehingga dapat melindungi 30% rakyat lainnya yang tidak bisa di vaksin atau yang rentan kesehatannya.
"Kalau banyak masyarakat yang menolak vaksinasi, kekebalan kelompok tersebut tidak akan tercapai sehingga penularan akan terus berlangsung, sementara kondisi kita sekarang ini saja sudah sangat sulit. Tidak bisa kita terus-terusan seperti ini," imbuhnya.
Vaksin Covid-19 keluaran Sinovac yang digunakan di tahap pertama program vaksinasi di Indonesia dipastikan aman karena telah mendapatkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Selain itu Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui Komisi Fatwa MUI juga telah mengeluarkan fatwa halal dan suci untuk vaksin Covid-19.
BPOM juga telah mengumumkan hasil efikasi berdasarkan uji klinik fase III di Indonesia yang mencapai 65,3%. Angka efikasi tersebut lebih tinggi dari ketentuan WHO yang menetapkan syarat minimal efikasi vaksin Covid-19 sebesar 50%.
"Proteksi yang diberikan oleh vaksin Covid-19 apapun dengan tingkat efikasi di atas 50%, pastinya jauh lebih baik daripada tidak di vaksin sama sekali,” tegasnya.
Hasbullah Thabrany, Pakar Kesehatan Masyarakat mengatakan pada dasarnya nilai efikasi 65,3% sudah baik, dari segi persyaratan juga dinilai sudah mencukupi. Namun Ia menambahkan perlu ditekankan bahwa tidak ada hubungan efikasi dengan keamanan vaksin.
"Perlu dicatat, tidak ada hubungannya efikasi dengan keamanan vaksin. Dari segi konsep akademik vaksin ini sudah memenuhi syarat,” ujarnya.
Baca Juga: Ekspor China tumbuh lebih tinggi dari perkiraan pada Desember 2020, impor naik pesat
Namun selain vaksin, penting juga terus mengkomunikasikan penegakan disiplin protokol kesehatan, merupakan upaya berkesinambungan untuk mendukung program vaksinasi. “Hal ini perlu terus disuarakan agar pemahaman dan kedisiplinan masyarakat terus dipertahankan,” ujarnya.
Hasbullah menjelaskan, untuk mengakhiri pandemi perlu 70% penduduk dunia divaksinasi. Oleh karena itu dunia memiliki lembaga COVAX yang disediakan bersama bank dunia, WHO, dan UNICEF. Karena hal ini menjadi kepentingan dunia, tidak bisa diselesaikan hanya oleh satu negara. Masyarakat juga dihimbau agar tidak ragu-ragu menerima vaksin.
"Kita tidak boleh ragu-ragu karena target kekebalan komunitas tidak akan tercapai kalau ada keraguan, sehingga target memutar kembali roda perekonomian pun tidak tercapai. Dari segi ilmu manajemen ini disebut start with the low hanging fruit, ambil yang sudah dekat jangan yang tinggi atau jauh-jauh, tapi jangan kemudian menjadi lengah, vaksin yang lain juga perlu diambil atau dipersiapkan,” pungkas dia.
Selanjutnya: Usai menerima vaksin Covid-19, jangan lakukan hal ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News