Reporter: Lamgiat Siringoringo | Editor: Edy Can
JAKARTA. Indonesia Corruption Watch (ICW) menilai beberapa calon pimpinan KPK tidak layak. Dari hasil pantauan lembaga swadaya masyarakat itu, ada beberapa calon yang punya rekam jejak bertolak belakang dalam pemberantasan korupsi.
ICW menyatakan ada calon dari jaksa yang ikut dalam penanganan kasus pembalakan liar Sumatera Utara Adelin Lis. Dari hasil investigasi ICW ternyata jaksa itu tidak tepat dalam menyusun dakwaan. Sebagaimana diketahui dari 12 calon pimpinan KPK yang mengikuti psikotes ternyata ada satu dari kalangan jaksa yakni Sutan Bagindo Fahmi.
Selain itu, ICW juga mengatakan calon bos KPK yang berlatarbelakang polisi juga tak layak. Sebab, KPK mempunyai tugas memberantas korupsi di kepolisian. Dari para calon ini, hanya ada satu calon yang berlatar belakang polisi yakni Inspektur Jenderal Polisi Chaerul Rasjid.
Karena itu, ICW menilai calon yang berasal dari jaksa dan polisi tidak layak menjadi pimpinan KPK. "KPK harus memprioritaskan pemberantasan korupsi dan mafia di institusi penegak hukum," ujar Febridiansyah, Peneliti Hukum ICW, Kamis (5/8).
Selain itu, ICW juga menilai calon berlatar advokat juga diragukan integritasnya. Sebab, ICW menilai calon tersebut pernah membela kasus korupsi. Sayangnya, Febridiansyah belum mau blak-blakan menyebutkan nama calon advokat itu.
Yang pasti, ICW akan menyerahkan rekam jejak para calon ini kepada panitia seleksi pimpinan KPK. Sebelumnya, Ketua Panitia Seleksi Patrialis Akbar mengatakan rekam jejak para calon turut menentukan apakah bisa lolos atau tidak menjadi pimpinan KPK. Rekam jejak ini akan menentukan apakah calon tersebut berintegritas tinggi atau tidak.
Hingga kemarin, panitia sudah melakukan tes kejiwaan terhadap 12 orang calon bos KPK. Para calon itu yakni Bambang Widjojanto (advokat), Irjen (Purn) Chaerul Rasjid (mantan Kapolda Jawa Tengah), I Wayan Sudirta (anggota DPD), Jimly Asshiddiqie (mantan Ketua MK), dan Muhammad Busyro Muqoddas (Ketua Komisi Yudisial). Selain itu, ada nama Ade Saptomo, Adi Sularso, Fachmi, Firman Zai, Fredrich Yunadi, Junino Jahja (Direktur Utama Peruri dan mantan Deputi KPK) dan Meli Darsa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News