kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.932.000   3.000   0,16%
  • USD/IDR 16.324   50,00   0,31%
  • IDX 7.906   -21,15   -0,27%
  • KOMPAS100 1.110   -3,68   -0,33%
  • LQ45 818   -11,31   -1,36%
  • ISSI 266   0,54   0,20%
  • IDX30 424   -4,89   -1,14%
  • IDXHIDIV20 492   -5,66   -1,14%
  • IDX80 123   -1,56   -1,25%
  • IDXV30 132   -0,72   -0,54%
  • IDXQ30 137   -1,77   -1,27%

IBC Kembali Gelar Indonesia Economic Summit 2026, Ini Agenda dan Targetnya


Selasa, 26 Agustus 2025 / 18:39 WIB
IBC Kembali Gelar Indonesia Economic Summit 2026, Ini Agenda dan Targetnya
Ketua Dewan Pengawas Indonesia Business Council (IBC) Arsjad Rasjid (kiri) dan CEO IBC Sofyan Djalil saat konferensi pers Indonesia Economic Summit (IES) 2026 di Jakarta, Selasa (26/8/2025).


Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Indonesian Business Council (IBC) akan kembali menggelar Indonesia Economic Summit (IES) pada  tanggal 3-4 Februari 2026 mendatang di Jakarta. Sejumlah persiapan tengah dikebut jelang summit yang akan mempertemukan stake holders dari pembuat kebijakan, pebisnis atau pelaku industri, akademisi hingga pakar dari dalam maupun luar negeri.

Ketua Dewan Pengawas IBC Arsjad Rasjid mengatakan, Indonesia Economic Summit (IES) adalah  forum strategis  untuk mempertemukan semua stake holder agar tercipta kolaborasi sekaligus mampu merumuskan langkah konkret untuk pembangunan ekonomi nasional.

“Seperti Presiden Prabowo sampaikan, semua stakeholder harus bersama-sama membangun Indonesia lewat Indonesia Incoporated. Kita bersama-sama bisa mendorong pertumbuhan inklusif dan memperkuat daya saing Indonesia," ujar Arsjad dalam jumpa pers, Selasa (26/8).

Mengambil tema Coming Together to Boost Resilient Growth and Shared Prosperity, forum ini menghadirkan empat agenda utama, yakni top leadership session, policy dialogue, roundtable tematik bersama negara mitra, serta IBC in Action yang menjadi forum inisiatif pelaku usaha.

Kata Arsyad, pertumbuhan ekonomi saja tidak cukup, ekonomi juga membutuhkan ketahanan atau resilience serta pemerataan kesejahteraan. “Jika ini terjadi maka pertumbuhan benar-benar dirasakan semua lapisan masyarakat. Itu wujud nyata ekonomi Pancasila,” ujar Arsyad.

Oleh karena itu, lewat forum bersama,  IES 2026 juga akan berfokus pada tema pembangunan inklusif, penguatan kawasan ekonomi khusus, investasi berkualitas, peningkatan talenta digital, ekonomi hijau, peran pekerja migran, diversifikasi ekspor, hingga ketahanan rantai pasok.

“Indonesia perlu sektor manufaktur yang lebih berdaya saing. Modalitas yang kuat, mulai dari talenta hingga keterampilan digital yang harus benar-benar dibangun oleh pelaku industri,” ucapnya.

Harapan dia, IES bukan sekadar konferensi yang mempertemukan semua stake holders, tapi juga melainkan mampu menjadi  platform pertukaran ide untuk memajukan ekonomi nasional.Targetnya, dalam IES 2026, IBC bisa menghadirkan 150 perwakilan pemerintah, akademisi, pemikir global, hingga pelaku bisnis dari dalam maupun luar negeri.

“Kami berharap IES menjadi kesempatan berdiskusi dan bertukar pemikiran. Indonesia tidak bisa berjalan sendiri. Kita butuh kolaborasi dan semangat gotong royong untuk menghadapi tantangan global,” kata Arsyad.

Setali tiga uang, Chief Executive Officer (CEO) IBC Sofyan Djalil menambahkan, Indonesia Economic Summit 2026 kelak mampu menghasilkan solusi implementatif melalui task force lintas sektor, penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU),serta  project matchmaking. Apalagi, IBC  bukan sekadar menjadi wadah komitmen bisnis bagi pelaku usaha , tapi juga menjadi business-led policy think tank. “Kami  selalu ingin menghadirkan penelitian yang tajam dari perspektif pelaku usaha, lalu bisa mengadvokasikan rekomendasi kebijakan yang konkret. Tujuannya yaitu agar perekonomian Indonesia tumbuh lebih kompetitif dan produktif,” ujar Sofyan yang juga diamini Aryad dalam Kick Off IES 2026 di Jakarta, Senin (25/8).

Makanya, dalam praktiknya, IBC siap menjaring aspirasi pengusaha yang kemudian diterjemahkan oleh tim riset menjadi policy brief hingga  policy papers, yang menjadi bisa menjadi basis advokasi kebijakan. Selama IBC berdiri dua setengah tahun lalu, advokasi yang dilakukan IBC tidak berhenti di atas kertas, tapi secara rutin juga bertemu dengan pemerintah dan pemangku kepentingan lain untuk mendorong perbaikan maupun penyempurnaan kebijakan.

 IBC juga terus berupaya membangun kapasitas anggotanya lewatIndonesia Carbon Market Academy (ICMA) dan IPC Business Talks untuk memperkuat kesiapan pasar karbon dan memperluas diskusi reguler sebelum berpuncak pada IES 2026. “Banyak isu strategis  akan menjadi ajang diskusi untuk mewujudkan langkah nyata, bukan hanya untuk Indonesia tapi harapan kami forum ini juga mampu mempererat kerjasama kawasan  regional,” “ ujar Arsyad.

Sebagai negara dengan potensi ekonomi yang besar, sebut Arsyad, Indonesia perlu memperkuat daya saingnya di tingkat global. IES 2026 diharapkan mampu menjadi sebuah platform bersama untuk merumuskan agenda strategis, menciptakan solusi konkret, membangun ekosistem berkelanjutan, dan memperkuat fondasi ekonomi nasional,

“Harus diingat, kawasan regional kita memiliki penduduk yang besar yakni hinggta 680 juta populasinya, ini lebih besar dari Eropa. Lewat IES, kami bersama-sama bisa saling kolaborasi untuk menggarap pasar yang sangat besar ini,” ujar Arsyad.

Selanjutnya: Sebulan Harga Emas Antam Naik 0,89%, Hari Ini Naik (26 Agustus 2025)

Menarik Dibaca: Promo Suku Bunga Spesial dan Diskon Provisi KPR dari BCA Expo Online

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004

[X]
×