kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

IATI: Semua ingin penghitungan suara dengan cepat


Rabu, 19 Februari 2014 / 21:17 WIB
IATI: Semua ingin penghitungan suara dengan cepat
ILUSTRASI. Karyawan melihat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,07% ke level 7.040,79 pada Jumat (30/9). Dalam sepekan, IHSG terkoreksi 1,92%.


Reporter: Risky Widia Puspitasari | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Sebentar lagi masyarakat Indonesia akan melaksanakan pesta besar dalam sejarah demokrasi. Hanya dalam hitungan bulan, masyarakat akan menggunakan hak pilihnya untuk memilih wakil mereka yang akan duduk di pemerintahan.

Semua pihak pasti menginginkan Pemilu yang lebih baik dari tahun sebelumnya, termasuk soal penghitungan suara. Selama ini penghitungan suara menggunakan cara semi manual dan hasil akhir didapat sebulan setelah Pemilu. Penggunaan sistem teknologi informasi selama ini hanya digunakan sebagai pembanding dari rekapitulasi manual.

“Kalau menggunakan teknologi informasi akan jauh lebih cepat dan hasil lebih jelas. Semuanya tenu ingin hasil yang leih cepat, tidak sekedar dari quick qount,” ungkap Harry Nugroho, Wakil Ketua Ikatan Auditor Teknologi Indonesia (IATI), Kamis (19/2).

Selama ini memang hasil penghitungan manual-lah yang diakui sebagai hasil akhir proses penghitungan suara dalam Pemilu. Padahal cara itu tergolong lambat. Memang hasil yang didapat akan lebih teraudit dengan pasti. Namun dengan catatan jika datanya hanya sedikit. Dengan penduduk Indonesia yang sekitar 250 juta jiwa tentu hal itu akan memakan waktu lama. Tercatat di seluruh Indonesia ada sekitar 550 ribu Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang tersebar.

“Sebenarnya proses manual memang lebih auditable daripada dengan teknologi informasi. Tapi kalau data yang didapat banyak, lebih baik menggunakan teknologi informasi secara penuh karena program tidak akan bohong dengan data dan tempat,” jelasnya.

Cara penghitungan suara sama seperti tahun 2009. Formulir C1 yang datang dari TPS akan direkap secara berjenjang. Hasilnya lalu dikirim lagi ke pusat untuk tabulasi nasional. Cara seperti ini dinilai kurang cepat karena membutuhkan waktu lama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×