kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.753   42,00   0,27%
  • IDX 7.468   -11,36   -0,15%
  • KOMPAS100 1.154   0,16   0,01%
  • LQ45 915   1,77   0,19%
  • ISSI 226   -0,94   -0,41%
  • IDX30 472   1,65   0,35%
  • IDXHIDIV20 569   1,75   0,31%
  • IDX80 132   0,22   0,17%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,25   0,16%

Hingga Semester I, Realisasi Penerimaan dari Kepabeanan dan Cukai Anjlok 18,8%


Selasa, 11 Juli 2023 / 10:14 WIB
Hingga Semester I, Realisasi Penerimaan dari Kepabeanan dan Cukai Anjlok 18,8%
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani (kiri) dan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara (kanan) mengikuti rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/hp.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan melaporkan, penerimaan negara yyang bersumber dari kepabeanan dan cukai mengalami kontraksi Rp 31,4 triliun atau 18,8% year on year (YoY) hingga semester I-2023 jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.

Sepanjang periode tersebut, pemerintah berhasil mengumpulkan Rp135,4 triliun atau baru tersalurkan 44,7% dari total pagu dalam APBN yang sebesar Rp 303,2 triliun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, realisasi penerimaan dari bea dan cukai mengalami cukup dalam karena adanya penurunan produksi hasil tembakau yang cukup signifikan.

“Pada 2023 hingga pertengahan tahun, produksi cukai sebanyak 139,4 miliar batang, menurun tajam dibandingkan tahun lalu yang 147 miliar batang, dan 2021 yang 151 miliar batang,” tutur Sri Mulyani dalam Rapat Kerja bersama Banggar DPR RI, Senin (10/7).

Baca Juga: Lebihi Target, Belanja Negara pada Tahun Ini Diperkirakan Tembus Rp 3.123,7 Triliun

Adapun Ia memerinci, penerimaan kepabeanan dan cukai tersebut terdiri dari penerimaan cukai yang sudah sebesar Rp 105,9 triliun atau 43,1% dari pagu dalam APBN. Realisasi penerimaan cukai tersebut mengalami kontraksi sebesar 12,2% jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.

Hal ini dipengaruhi oleh  produksi hasil tembakau (HT) yang turun terutama SKM Gol 1 dan SPM Gol 1. Kemudian, penurunan juga dipengaruhi oleh tingginya basis produksi bulan Maret 2022 akibat kenaikan PPN.

Selanjutnya, penerimaan bea masuk sudah sebesar Rp 24,2 triliun atau 50,9% dari pagu dalam APBN. Penerimaan ini tumbuh 4,6% jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, dan tarif efektif bea masuk yang mengalami kenaikan meskipun utilisasi FTA juga mengalami kenaikan.

Terakhir, realisasi bea keluar hingga semester I 2023 sudah mencapai Rp 5,3 triliun atau 52,1% dari pagu dalam APBN. Realisasi ini mengalami kontraksi cukup dalam sebanyak 77% jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.

Faktornya karena harga CPO yang lebih rendah, turunnya volume ekspor tembaga dan bauksit serta menurunnya tarif BK produk mineral dampak hilirisasi SDA.

“Pasalnya, harga referensi CPO turun dari US$1.533,3 per metrik ton menjadi Rp879,6 per metrik ton,” jelasnya.

Baca Juga: Menkeu Perkirakan Penerimaan Pajak Tahun Ini Akan Tembus Rp 1.181,2 Triliun

Lebih lanjut, Sri Mulyani memperkirakan penerimaan kepabeanan dan cukai pada semester II 2023 akan lebih baik dari semester II. Meski begitu, Dia memproyeksikan realisasi penerimaan dari kepabeanan dan cukai tahun ini tidak akan mencapai target yang sebesar Rp303,2 triliun. Realisasinya hanya akan mencapai Rp 300,1 triliun atau 99%.

“Ini masih cukup baik karena bea dan cukai selama pandemi Covid-19 pada 3 tahun berturut-turut tidak pernah mengalami kontraksi penerimaan jadi kontraksi karena adanya normalisasi harga dari komoditas,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×