Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belakangan, isu mengenai gejala happy hypoxia yang menyerang mereka yang menderita Covid-19 santer terdengar. Kendati demikian, masyarakat diminta tak berbondong-bondong melakukan pulse oxymetry atau membeli pulse oximeter (alat untuk mengukur saturasi oksigen).
Happy hypoxia merupakan salah satu kondisi yang dialami pasien Covid-19, yakni menurunnya saturasi atau kadar oksigen di dalam darah. Dokter Spesialis Paru Erlina Burhan mengatakan, salah satu diagnosis dari happy hypoxia adalah dengan melakukan pemeriksaan berupa analisis gas darah dan tekanan oksigen dalam darah.
Salah satu cara mengeceknya adalah dengan menggunakan alat pulse oximeter. "Kalau di rumah paling simpel (periksa saturasi oksigen darah) pakai pulse oximeter dengan masukkan jari dan akan keluar saturasi berapa," kata Erlina dalam talkshow di BNPB, Rabu (16/9/2020).
Namun, Erlina mengingatkan kepada masyarakat agar tidak memahami persoalan happy hypoxia akan dialami semua orang. Ia mengatakan, happy hypoxia hanya terjadi pada pasien Covid-19 yang bergejala. Dengan demikian, masyarakat pun tak perlu berbondong-bondong membeli alat pulse oximeter.
Baca Juga: Ini dua cara deteksi dini Happy Hypoxia
"Jangan sampai salah, 'kalau begitu kita beli pulse oximeter', kayak dulu orang panik beli masker. Ini saya katakan, pulse oximetry bukan untuk orang sehat dan orang tanpa gejala (OTG)," kata Erlina.
Adapun gejala yang dialami saat seorang pasien Covid-19 terkena happy hypoxia adalah gejala penyakit yang bertambah berat, batuk menetap, hingga semakin lemas.
Baca Juga: Mengenal happy hypoxia dan bahayanya jika menyerang pasien Covid-19
Oleh karena itu, sebelum hal tersebut terjadi, kata dia, maka harus segera mencari pertolongan. Ia juga memastikan bahwa happy hypoxia tidak dirasakan OTG tetapi oleh orang yang bergejala Covid-19. Itu pun, tidak semua orang kena Covid-19 mengalaminya.
"Biasanya pada orang bergejala, OTG jarang sekali happy hypoxia. Ini tidak terjadi juga pada semua orang (yang terkena Covid-19), tapi ada peluang " kata dia.
Erlina menjelaskan, semestinya apabila kurang oksigen dalam darah maka orang akan mengalami sesak napas atau gejala lainnya. "Namun ini tidak terjadi pada beberapa pasien Covid-19 karena diketahui pada kondisi itu terjadi kerusakan saraf yang menghantarkan sensor sesak ke otak sehingga otak tidak bisa mengenali ada kejadian kurang oksigen di darah," ujar dia.
Baca Juga: Muncul happy hypoxia, berikut 11 gejala virus corona menurut WHO
Sebab pada kondisi normal, kata dia, apabila terjadi kekurangan oksigen, maka akan ada sinyal yang dikirim ke otak bahwa tubuh sedang kekurangan oksigen. Oleh sebab itu, biasanya otak pun memberi perintah ke dalam tubuh untuk mengambil oksigen sebanyak-banyaknya sehingga mengalami sesak.
"Tapi di pasien Covid-19 terjadi kerusakan pengiriman sinyal ke otak," ucap dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Masyarakat Diminta Tak Ramai-ramai Beli Pulse Oximeter akibat Heboh Happy Hypoxia"
Penulis : Deti Mega Purnamasari
Editor : Bayu Galih
Selanjutnya: Gejala Covid-19 Happy Hypoxia, ini peringatan epidemiolog
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News