Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dikky Setiawan
MEDAN. Pemerintah mulai mempersiapkan pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung sebagai infrastruktur pendukung program Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei, Simalungun, Sumatera Utara.
Sesuai rencana, Pelabuhan Kuala Tanjung akan dijadikan hub port Indonesia Bagian Barat untuk menjadi pendukung utama kawasan industri Sei Mangkei.
Pembangunan pelabuhan itu direncanakan dalam tiga tahapan, yaitu jangka pendek (2013-2015), jangka menengah (2017-2021) dan jangka panjang (2022-2031). Kelak, Pelabuhan Kuala Tanjung akan memiliki 21 dermaga dengan kedalaman 18 meter Low Water Spring (LWS). Khusus untuk pelabuhan CPO, kedalamannya mencapai 12 meter LWS.
Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, optimistis, keberadaan pelabuhan tersebut dapat memangkas biaya logistik industri dari 14,08% menjadi hanya 10% saja.
"Kami bertekad memperpendek jarak ekonomi dengan mengembangkan infrastruktur konektivitas itu, sehingga biaya logistik bisa turun menjadi 10%," kata Hatta saat ditemui di Medan, Rabu (3/7).
Menurut Hatta, sejak tahun 2010, pemerintah mengeluarkan dana sekitar US$ 14 juta atau 5%-6% dari total nilai ekspor per tahun untuk membayar jasa kepelabuhanan dan angkutan laut asing.
Karena itu, pembangunan pelabuhan Kuala Tanjung yang terintegrasi dengan KEK Sei Mangkei diharapkan dapat memperpendek rantai biaya jasa kepelabuhan yang dikeluarkan.
Hatta berharap, ketika PT Unilever Oleochemical Indonesia (PT UOI) mulai berproduksi pada tahun 2015, pelabuhan sudah siap. "April 2014 pelabuhan kontainer segera dibangun. Kita punya peluang besar untuk membuat gerbang Kuala Tanjung sebagai pelabuhan utama," tegasnya.
Unilver Oleochemical merupakan salah satu pionir investor yang masuk ke KEK Sei Mangkei. Perusahaan multinasional itu akan menginvestasikan dana sebesar Rp 2,040 triliun. Pemasangan tiang pancang pembangunan pabrik Unilever sudah dilakukan Rabu kemarin. Pabrik ini akan mulai beroperasi pada Oktober 2014.
Hatta memperkirakan, pada tahun 2020, akan ada investasi senilai lebih dari Rp 50 triliun di KEK Sei Mangkei. Untuk mewujudkan hal itu, harus didukung dengan ketersediaan pelabuhan yang memiliki kemampuan melayani perdagangan bertaraf internasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News